Adikku memang juga sudah bersiap-siap menunggu Anto datang
menjemputnya hingga begitu Anto datang adikku langsung berpamitan kepada
kedua orang tua kami. Mengetahui bahwa aku juga akan pergi maka mereka
menawarkan jasanya untuk mengantarku dan rupanya mereka tidak
berkeberatan untuk mengantarku terlebih dahulu. Kebetulan sekali
pikirku, aku bisa menghemat uang taxi.
Maklumlah hidupku juga pas-pasan, walau
aku bekerja sebagai dokter hewan di KBS, besar gajiku di sana sangat
tidak layak bila dibandingkan dengan profesi dan tenagaku karena aku
sebulan hanya menerima tiga ratus ribu rupiah saja sebagai pengganti
uang transport. Untuk kebutuhanku sehari-hari aku masih harus membuka
praktek di rumah, atau mendatangi pelangganku yang memiliki hewan
peliharaan di rumahnya apa bila ada yang kebetulan sakit dan membutuhkan
pertolonganku.
Konon dari kabar yang kudengar, keuntungan KBS selama ini banyak
dikorup oleh para pengurusnya. Benar tidaknya aku tidak peduli, yang
penting aku di sana hanya mencoba mencari pengalaman dan mengisi waktuku
yang luang di siang hari.
Sesampai di Galaxy Mall aku minta diturunkan di depan saja, agar Anto
dan adikku bisa langsung terus melanjutkan keperluannya. Aku berjalan
kaki masuk ke Galaxy Mall melewati satpam yang memeriksa mobil
pengunjung satu-persatu karena memang sejak maraknya kasus bom di tanah
air, setiap mall dan hotel di kota Surabaya sekarang diperketat
penjagaannya dengan pemeriksaan.
Aku melewati antrian mobil yang panjang sekali, kemudian masuk
melalui pintu utama Galaxy Mall dimana pengunjung kembali harus
diperiksa satu-persatu. Saat aku ikut mengantri untuk masuk ternyata aku
bertemu dengan Sinto bersama keluarganya. Sinto adalah salah seorang
pembaca 17Tahun.com (baca ceritaku terdahulu, caranya, buka kembali
salah satu ceritaku yang anda kenal, pada bagian kiri tampilannya ada
beberapa kolom, cari kolom yang berisikan judul kisah-kisahku, pilih
salah satu dan klik).
Sinto datang ke Galaxy mall bersama istri dan seorang anaknya.
Istrinya masih muda dan cantik. Kami pura-pura tidak saling mengenal
karena aku juga harus menjaga perasaan istrinya. Hubungan kami sejak
awal memang bukan berdasarkan cinta, namun hanya berdasarkan sex suka
sama suka saja, dan aku juga sudah tahu bahwa Sinto sudah berkeluarga.
Sinto orangnya cukup dewasa dan sopan. Kami berhubungan awalnya dari
email yang dikirimnya kepadaku setelah membaca kisahku di situs cerita
17Tahun baru ini. Sinto langsung memenuhi syarat yang kuminta hingga
kemudian kami saling bertukar foto, kontak telepon dan seterusnya.
Ternyata diam-diam tanpa sepengetahuan istrinya, Sinto menyapaku
melalui SMS, jadi selama mengantar anak istrinya berjalan-jalan di
Galaxy Mall, Sinto sibuk mengontakku melalui SMS dan kubalas pula
melalui SMS. Akhirnya kami berjanji untuk bertemu nanti sepulang dari
Galaxy Mall. Melalui SMS Sinto mengatakan bahwa selesai mengajak anak
istrinya makan malam baru dia akan memulangkan anak istrinya kemudian
kembali menjemputku.
Rumah Sinto memang ada di sekitar Galaxy Mall, jadi beberapa jam
kemudian sebelum Galaxy Mall tutup Sinto benar-benar memulangkan anak
istrinya dulu dan kemudian kembali lagi untuk menjemputku. Saat
menjemputku, Sinto sudah berani langsung menelepon HP-ku, menanyakan
posisiku menunggu dimana. Ringkas cerita aku sudah berada di dalam mobil
Sinto.
“Kita kemana nich?” Tanya Sinto.
“Terserah” sahutku.
“Wah! Kamu malam ini cantik dan sexy sekali” timpal Sinto.
“Emangnya yang kemarin-kemarin aku seperti apa?” tanyaku. Sinto tidak
menjawab tapi tangan kirinya langsung memegang pahaku di bagian yang
tidak tertutup oleh rok mini.
Mobilnya memang jenis matic, jadi cukup tangan kanannya saja yang
memegang kemudi, sehingga tangan kirinya leluasa berbuat apa saja. Kaca
film mobilnya juga gelap sekali sehingga aktifitas di dalam mobil sama
sekali tidak dapat terlihat dari luar, apa lagi saat malam begini.
Tangan kiri Sinto terus meraba pahaku yang mulus dan sedikit
ditumbuhi bulu-bulu halus itu, rabaannya di bagian dalam pahaku
membuatku horny sekali. Elusan telapak tangannya menjalar naik dan
menyusup ke dalam rok miniku, jari kelingkingnya menyentuh bagian luar
vaginaku yang masih tertutup oleh CD-ku yang mini dan berenda.
Gila! Ujung CD-ku sudah mulai basah. Pada bagian yang berbentuk hati
sebagai penutup bagian luar liang vaginaku sudah terasa basah dan kakiku
jadi terbuka lebih lebar lagi. Sinto memindahkan tangannya ke arah
selangkanganku, telapak tangannya meremas dan menggosok-gosok bagian
luar kemaluanku dari luar CD yang kukenakan. Jari-jarinya mempermainkan
klitorisku masih dari luar lapisan CD-ku, tapi kali ini sudah cukup
membuatku harus menggigit bagian bawah bibirku menahan rasa geli di
sekitar selangkanganku.
Aku sudah benar-benar tidak tahan lagi hingga kulepaskan CD-ku dan
kumajukan posisi dudukku. Bangku yang kududuki kumundurkan ke belakang,
kemudian kakiku kuangkat dan kuletakkan keduanya di atas dashboard mobil
sehingga pahaku terkangkang lebih lebar lagi. Dengan posisi seperti ini
bagian bibir vaginaku kini jadi sedikit lebih menghadap ke atas. Ini
membuat tangan Sinto lebih bernafsu lagi meraba selangkanganku.
Jari-jari tangannya mengelus bibir vaginaku yang sudah lembab sedari
tadi. Ujung jarinya memainkan klitorisku sehingga membuatku hanya bisa
melenguh dan mendesah saja.
Gelombang orgasmeku mulai menggulung-gulung bagaikan ombak yang besar
sekali hingga rasanya sulit sekali untuk membendungnya. Jari telunjuk
Sinto terus ditempelkannya di ujung klitorisku. Ujung jarinya
dikorek-korekkan dari bawah ke atas sementara jari-jarinya yang lain
disusupkan ke lipatan bibir vaginaku sambil mengorek-ngorek bibir
vaginaku bagian dalam.
Tentu saja apa yang dilakukan jari Sinto ini membuat cairan bening
yang keluar dari dalam liang vaginaku mengalir lebih deras lagi. Aku
semakin tidak mampu menahan gelombang orgasmeku hingga akhirnya
pertahananku jebol juga, pantatku kuangkat dan kugoyangkan mengikuti
irama gesekan jari-jari tangan Sinto. Badanku menggigil dan sedikit
kejang-kejang.
“Uuu.. Uucch! Oo.. Oocch! Teruskan Sinto!” pintaku dengan suara parau.
“Aku orgasme nich!” seruku sambil sedikit berteriak padanya.
“Aa.. Aacch!”
Aku akhirnya benar-benar mengalami orgasme yang yang dahsyat sekali
hingga banyak sekali cairan yang tersembur keluar dari dalam liang
vaginaku. Cairan kenikmatan itu mengalir deras membanjiri liang vaginaku
dan terus merembes keluar melalui celah bagian bawah bibir vaginaku,
saking banyaknya hingga membasahi jok kursi yang kududuki, rembesannya
juga dapat kurasakan membasahi bagian luar lubang anusku.
Selesai memuaskanku dengan jari-jarinya, Sinto bukannya membersihkan
jari-jarinya, tapi segera menjilati sisa-sisa cairanku yang menempel di
jarinya. Tampaknya nikmat sekali bagaikan anak kecil yang menjilati
sisa-sisa es cream yang menempel mengotori jari-jari tangannya.
“Gimana Lia, puas tidak?” tanya Sinto padaku. Aku tidak menjawab tapi
langsung saja kucubit keras lengannya sampai Sinto mengaduh dengan
kerasnya sambil berusaha menghindari cubitanku.
“Lia! Besok kita ketemu yuk, jam berapa kamu ada waktu?” ajak Sinto.
“Malam ini aku tidak bisa menemanimu lebih lama, karena aku tadi hanya
pamit ke istriku akan mampir sebentar ke rumah temanku di sekitar sini
saja” tambah Sinto.
“Besok kita telepon-teleponan lagi aja ya” sahutku sambil membersihkan sisa-sisa cairan di selangkanganku dengan tissue.
“OK!” Sinto menyetujuinya.
“Sekarang aku antar kamu pulang ya?” Sinto memberikan tawaran padaku dan
mobilnya langsung diluncurkan mengarah ke rumahku di kawasan Kenjeran.
Sepanjang perjalanan menuju rumahku, Sinto merangkulku dengan mesra,
kepalaku kusandarkan ke dada kirinya, lengannya merangkulku di bagian
leher sambil telapak tangannya menyusup ke dalam tank topku. Jarinya
langsung saja menemukan payudaraku. Diremas-remasnya payudaraku yang
masih mengeras karena nafsuku yang tadi.
Sinto rupanya masih ingin memanfaatkan sisa waktunya selama menempuh
perjalanan ke rumahku. Puting susuku dipilin-pilin dengan jarinya,
sehingga membuatku cepat sekali horny kembali. Aku pun tidak mau tinggal
diam, kubalikkan sedikit posisi dudukku ke kiri ke arah duduk Sinto.
Tangan kiriku dengan cepatnya membuka kancing celananya dan meluncurkan
gespernya ke bawah, Sinto membantunya memerosotkan sedikit celananya
yang telah berhasil kulepas. Sinto menggunakan tangannya sambil
mengemudikan kendaraannya karena jalannya lurus jadi tidak menemukan
kendala.
Segera kurogoh batang kemaluan Sinto yang sudah mengeras sejak tadi,
tangan kiriku mengocok-ngocok batang kemaluan Sinto yang ujungnya juga
sudah basah oleh cairan precum. Kuturunkan kepalaku ke pangkuannya dan
mulutku langsung mengulum bagian kepala kemaluannya.
Sambil tanganku terus mengocok batang kemaluannya, bibirku tetap
mengulum bagian kepala kemaluan Sinto. Ujung-ujung lidahku menjilati
seluruh permukaan kepalanya yang licin. Cairan yang keluar tadi sedikit
asin rasanya saat tertelan olehku.
“Uu.. Uuh! Aa.. Aah!” Sinto mulai mendesah merasakan nikmat yang kuberikan padanya saat mengemudikan mobil.
Kocokanku kupercepat, batang kemaluan Sinto kumasukkan lebih dalam
lagi ke mulutku, kubenamkan dan kukocok dengan menggunakan mulutku.
Lidahku tetap kujulurkan sambil menyapu semua lapisan kulit kemaluannya,
dan Sinto pun mulai menuju puncaknya, hanya butuh waktu tidak terlalu
lama hingga akhirnya Sinto pun mencapai orgasme. Aku nekad untuk
membiarkan mulutku tetap mengulum batang kemaluan Sinto saat semburan
sperma Sinto keluar menuju kerongkonganku.
Aku hampir tersedak olehnya hingga kutelan semua spermanya yang
keluar dan muncrat di mulutku. Tanganku tetap mengocok-ngocok batang
kemaluannya sampai semburan terakhir. Kujilat kembali seluruh bagian
batang kemaluan Sinto hingga bersih dan licin kembali. Akhirnya kami pun
sampai di depan rumahku. Perjalanan singkat dari Galaxy Mall ke rumahku
ternyata cukup membuat kami berdua mencapai puncak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar