aku mengikuti tour jasa wisata umum di kotaku untuk menuju ke pulau
Bali. Bis direncanakan berangkat pukul 17.00 dari tempat jasa wisata
tersebut. Peserta berkumpul dan mulai masuk bis yang disediakan dengan
nomor kursi yang telah ditetapkan. Peserta kebanyakan kaum muda yang
sedang lelah bekerja dan ingin santai menikmati suasana lain di luar
kantor.
Oh iya sebelumnya aku perkenalkan dulu namaku Tony pegawai Bank swasta di kota Malang dan..
“Permisi, di sini tempat duduk Nomor 6B?”, tanyaku pada seorang wanita
yang duduk di sebelah jendela dengan kaca mata hitam yang tetap
terpasang di matanya.
“Oh iya benar, mari silakan”, jawabnya seraya melepas kacamata serta mengemasi barang-barangnya yang menempati tempat dudukku.
Aku taksir, dia berusia sekitar 26 tahun dengan tinggi badan berkisar
165, cukup tinggi tentunya, rambut hitam pekat, kulit putih mulus serta
memakai baju yang cukup ketat dengan kancing terbuka sebiji dan warna
kontras dengan kulitnya yang putih, alis matanya cukup tebal dan..,
ukuran dadanya kuperkirakan 34 dengan cup B seolah akan menyembul
keluar, aku menarik nafas dalam-dalam. Aku duduk dengan sedikit
basa-basi menanyakan sudah berapa kali dia mengikuti acara seperti ini,
dia jawab sering tetapi melalui biro jasa ini masih sekali.
Bis berjalan perlahan meninggalkan kota Malang, kami masih asyik
berbincang sambil sesekali aku melirik bagian dada yang cukup menantang
tersebut, kubayangkan seandainya dada tersebut dapat kuraih, ahh.., Gaya
bicaranya yang lugas dan tanpa ditutup-tutupi membuatku betah untuk
terus bercakap mulai masalah ringan sampai masalah yang spesifik. Dia
bernama Eni.
“En.., Sorry ya kamu udah married ya”, tanyaku seenaknya.
“Lho kog nanyanya ke situ, emangnya kenapa sih Mas Ton”, rengeknya manja.
“Terus kalo aku udah merried kenapa dan kalo belum kenapa kog serius banget sih”, sambungnya sambil tersenyum.
“Eh nggak kog cuman nanya aja biar aku tahu siapa kamu, ntar kalo kita
akrab aku takut ada yang marah”, jawabku pura-pura bingung.
“Aku cerita ya, nanti ganti kamu ya”, aku cuma mengangguk mendengarkan.
“Aku kawin muda 18 tahun karena kecelakaan Ton, dan setelah anakku lahir
suamiku tidak bertanggung jawab terhadap keluarga, akhirnya aku
bercerai dan melanjutkan kuliah sampai selesai dan berusaha sendiri
dengan modal yang diberikan orang tuaku, aku bergerak dibidang
percetakan, anakku berusia 7 tahun tinggal bersama orang tuaku hanya
sesekali saja aku menjenguknya jika rindu, ah.., udah ah jangan
diterusin, aku ke sini ini bukan untuk bagi cerita lho, aku pengin
santai abis kerja gitu aja.., nah akupun juga demikian nggak pengin tahu
kamu lebih jauh yang pentingsaat ini kita satu bis bersama kan”,
jawabnya lugas.
“Iya deh sorry aku nggak nanya lagi”, sambil kutoleh wajahnya dan tak lupa kucuri pandang ke arah dada yang montok itu.
Malam semakin larut aku semakin akrab saja sama Eni, kusodorkan
jaketku melihat dia merasa kedinginan karena AC di bis cukup kencang,
sedangkan dia memakai pakaian yang cukup minim. Dia menerima dan
menutupkan pada bagian depan dadanya. Eni kelihatan mulai mengantuk.
Tanpa terasa Eni mulai terlelap dan bersandar di bahuku. Terasa hangat,
dengan sedikit keberanian kujulurkan tanganku untuk memeluknya, aku
beruntung karena dia tidak menghindariku bahkan semakin menempatkan diri
dalam rengkuhanku.
Bis sudah memasuki kota Situbondo dan Eni semakin terlelap dalam
tidurnya. Sebagai lelaki normal melihat hal seperti ini timbul rasa
isengku setelah menyadari bahwa benda lunak di dada Eni menempel pada
kulitku, lunak dan lembut apalagi pada waktu bis melewati jalan berliku
dan bergelombang gesekan dadanya semakin kuat terasa, aku mulai
merasakan ada yang bergerak di dalam celanaku, semakin keras dan keras.
Lampu bis dipadamkan dan kulihat bangku disebelah kiriku sudah
terlelap juga. Aku mulai mengadakan kegiatan gerilya, dengan perlahan
namun pasti kujulurkan tangan kananku yang sedang memeluk ke arah bawah
ketiaknya, kusentuh dengan lembut gumpalan daging yang sejak tadi
kuincar. Ah.., kenyal dan lembut, Eni menggeliat namun tetap diam,
aksiku makin berani melihat kondisi ini, kusingkap perlahan kaosnya dari
bawah melalui pinggangnya yang ramping, dengan berani kuraih
payudaranya sebelah kanan dengan menyingkap BH-nya, kurasakan ujung
payudaranya mengeras, kuusap lembut dan semakin mengeras, dia menggeliat
terbangun sedikit mengerang dan berbisik, “Mas.., kamu nakal.., Jangan
ah”, pintanya tanpa berusaha melarang lebih lanjut. Kenakalanku semakin
menjadi, kucium wajahnya sekilas dia malu dan merunduk, menempelkan
wajahnya di dadaku dan merunduk, kulanjutkan usahaku mengusap terus
payudaranya yang kenyal.
Batang kemaluanku semakin mengeras tampaknya dan dia mengetahui,
perlahan dia sentuhkan tangannya ke kemaluanku dan dia menatapku.
“Aku.., Aku..”, belum sempat dia bicara, kusorongkan bibirku dan
disahutnya dengan mesra. Kulihat sekelilingku masih tetap terlelap dan
aku terus meremas payudaranya sambil mempermainkan puting susunya yang
semakin mengeras tersebut. Aku semakin menjadi dan merasa aman saja
karena bagian dada Eni tertutup dengan jaket hangatku, dan tangan Eni
juga tidak diam dengan cekatan dan terampil tanpa komando dielusnya
penisku dari luar yang semakin mengeras itu dan aku semakin tak tahan
karena geli.
Waktu menunjukkan pukul 04.00 sat bis memasuki hotel di Bali, sesuai
dengan kamar yang dipersiapkan aku bersebehan dengan kamar Eni, kubantu
dia menurunkan barang-barangnya untuk dimasukkan dalam kamarnya.
Pada pengangkatan barang yang terakhir dipersilakannya aku duduk
dulu, tapi aku sudah tidak sabar lagi, pintu kututup dan kuraih pinggang
rampingnya, kusorongkan bibirku dan diraihnya dengan ganas. Aku dan dia
saling melumat, tanganku mulai bergerak menangkap gumpalan di dadanya,
sambil berjalan kududukkan dia di spring bed sambil kupeluk dan kuraba
punggungnya, kini sampailah pada pengait BH, kutarik pengaitnya dan
lepas, aku semakin bebas memegang buah dadanya dan dia menggeliat liar
sambil mendesis, kancing T-shirt yang dikenakan kutarik sampai lepas dan
dengan segera kulepas T-shirtnya. Aku terkagum, kulihat pemandangan
yang sungguh menakjubkan gadis berbody bagus dengan dada terbuka
tergolek indah, seperti gunung kecil yang mencuat dengan puncak coklat
kemerahan manantang, kulit putih mulus dengan memakai celana panjang dia
terpejam, mulutku mulai menyusuri wajah turun ke leher dan akhirnya
menancap pada ujung payudaranya.., Kuhisap.., terus sambil tak
henti-hentinya tanganku meraba pada bagian lain.
“Oh.., Mas.., Maass”, erangnya.
Tanganku mulai turun ke bawah, kubuka kancing celananya dan perlahan
kumasukkan tanganku pada bagian lunak berbulu lebat dan mulai basah.
Kuusap dengan lembut, dia tidak menolak bahkan memegang tanganku untuk
lebih lama tinggal di tempat basah tersebut. Kumasukkan perlahan jari
tanganku.., basah dan semakin basah, dia semakin liar bergerak dan
kulihat wajahnya memerah. Tanganku berhenti pada benda kecil yang ada
diantara bukit berbulu tersebut, dengan lincahnya kuputar-putar benda
kecil yang bernama clitoris dan kudapatkan vaginanya semakin berair.
” Aku nggak tahan Mas.., ah.., aahh”, dipeluknya aku erat-erat dan
mulutku masih tetap menghisap ujung buah dadanya. Dengan gerak gemulai
dia menurunkan seluruh kain yang menempel di tubuhnya, kini semuanya
nyata, gadis dengan kulit mulus tanpa cela tergolek mesra di ranjang.
Dengan ada bagian hitam legam penuh bulu menarik sekali nampaknya.
Ditariknya dengan keras tanganku untuk menjauh dari kemaluannya, dan
dengan tiba-tiba dia terbangun, didorongnya perlahan tubuhku sampai
telentang dan dia mulai merabaku dengan ganas, ditariknya kancing
bajuku, celanaku, semuanya terlepas tinggal celana dalamku saja, kami
tersenyum dan dengan perlahan Eni mulai melakukan aksinya, dihisapnya
dadaku dan dikecupnya perlahan, dia meraba celana dalamku dari luar
pelan dan terasa nikmat, tangannya yang lentik mulai merambah ke dalam
celana dalamku dan “Breet”, ditariknya keluar batang kemaluanku yang
sudah tegak berdiri. “Woow”, serunya berdesah, “Belum pernah aku melihat
benda yang seperti ini”.
Kulirik kemaluaku dengan ujung yang membonggol memerah dan berdenyut keras.
“Ini punya manusia apa kuda?”, tanyanya manja.
“Punya manusia dengan ukuran kuda”, jawabku terpejam dan pada saat itu
pula kulihat ujung kemaluanku sudah masuk dalam mulut Eni. Memang
kabarnya sih (nggak GR lho, pada waktu luang aku mencoba mengukur
kemaluanku ternyata memiliki panjang 17,5 cm dan lingkarnya cukup
segenggaman tangan normal) disedotnya kemaluanku sampai pipinya
kelihatan cekung. Mataku terpejam merasakan nikmatnya sedotan Eni.
Tanganku meremas rambutnya sambil sesekali kutarik rambutnya. Tidak
berhenti sampai di situ saja biji kemaluanku tidak luput dari keganasan
mulut Eni, terasa bergerinjal dan licin.
Aku mengerang dan Eni semakin gila memasukkan kemaluanku ke dalam
mulutnya yang mungil dengan cepat keluar masuk sampai terlihat otot
kemaluanku semakin memerah dan tanganku juga tidak mau diam dengan
meraih kemaluan Eni, kukucek dengan jemariku memelintir clitorisnya. Dia
mulai memuncak, dipegangnya gagang kemaluanku dan ditutunnya ke dalam
liang vaginanya, dia mendudukiku.
” Sekarang ya Maass aku nggak kuat.., hoo”, erangnya.
Aku diam saja dan, “Brreess”, ditekannya kuat-kuat vaginanya menutupi
kemaluanku. Aku geli bukan kepalang, tapi kulirik masih kepala
kemaluanku saja yang tenggelam dalam vaginanya, digoyangnya lagi
vaginanya perlahan, centi demi centi kemaluanku amblas dilahap
vaginanya. Dia menjerit dan mengerang begitu merasakan vaginanya penuh
dengan kemaluanku, sesak rasanya kemaluanku tidak dapat bergerak di
dalam vaginanya.
Kami diam sejenak, aku rasakan kemaluanku seperti dipijat-pijat dan
berdenyut, “aahh”, erangku. Eni mulai bergerak maju mundur dan naik
turun. Semakin lama semakin cepat disertai erangan manja yang membuat
aku semakin terangsang. Kupegang pinggangnya untuk membantu lancarnya
gerak kemaluanku mengucek kemaluannya. Dan, “Ooohh.., dengan kuat sekali
dia memelukku dengan kaku sambil berteriak histeris.
“Ampuun aku nggak kuat mau keluar Ton”, erangnya. Kurasakan semakin
licin kemaluanku mengocek kemaluannya. Dipeluknya aku erat-erat dan
kurasakan adanya kuku yang menancap di punggungku.
“Jangan gerak dulu Ton aku nggaak kuat..”, pintanya.
Kudiamkan kemaluanku tetap bersembunyi di vaginanya. Tidak lama kemudian
dia lemas dan telentang, kulihat kemaluanku masih tegak berdiri dan
siap menghunjam. Kuambil handuk dan kuusapkan pada vaginanya yang basah.
Setelah kering kucoba memberikan rangsangan dengan membiarkan mulutku
menjilatinya. Dan ajaib, Eni mulai terangsang lagi, Eni menggeliat
begitu lidahku mempermainkan clitorisnya, kugigit kecil dan kudengarkan
suara teriakannya semakin menjadi.
Disorongkan pantatnya dan hidungku ambles ke lubangnya, tercium bau
segar vaginanya dan batang kemlauanku semakin keras memerah. Aku berdiri
dengan memegang batang kemaluanku, kusibak rambut di seputar kemaluan
Eni dan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku menyodok clitorisnya, dia
semakin menggila. Kutuntun pelan-pelan dan tidak seperti pertama tadi,
batang kemaluanku lebih mudah menerobos vagina Eni yang sudah mulai
membanjir itu.
Dengan lancar mulai kugerakkan keluar masuk ke vaginanya, Eni
menggoyangkan pantatnya mengimbangi permainanku sembari tangannya
menggapai punggungku dan sesekali desisan suaranya menambah
rangsanganku.
“Teruus.., Toon,.. aahh”.
“Yaahh.
“Ahh.
Semakin lama semakin kurasakan mudah menggoyang kemaluanku dan terasa
berkecipak suara beradunya vagina Eni dan kemaluanku. Kepalaku mulai
hangat dan kemaluanku mulai meregang.
“Enn.., aahh.
“Apa Ton.
“Aku nggak kuat En.., Mau keluar.
“Aku sudah tiga kali Ton.., Tapi sebentar Ton.
Tiba-tiba ditariknya batang kemaluanku dan dikocok sambil mulutnya
menghisap ujung kemaluanku, dengan rakusnya ditarik dan dimasukkan
secara cepat kemaluanku pada mulutnya yang mungil dan tak henti-hentinya
dia berguman, aku semakin geli dan geli, “aahh”, sesaat kemudian,
“Srreett”, kurasakan ada sesuatu zat yang keluar dari kemaluanku dan
tidak disia-siakan oleh mulut Eni, dihisap dan hisap terus, tak terasa
mulut Eni penuh dengan tumpahan air maniku bahkan ada beberapa yang
sampai ke pipinya. Dia tersenyum, dibersihkannya kemaluanku dengan
mulutnya sambil terus diciumi tanpa henti dan pecah rasanya kepalaku
menahan geli yang tidak terkira.
Aku tergeletak tak berdaya dengan keringat mengucur dari setiap centi
tubuhku. Dipeluk, dikecupnya tubuhku oleh Eni. Dipegangnya kemaluanku
yang mulai mengecil dan diciumnya kembali.
“Aahh.., sudah dulu ah.., aku masih payah”, pintaku manja.
“Enggak kog aku cuma membersiin yang tadi saja, ini masih ada sisanya
kog”, sambil terus melumat kemaluanku dan menghisapnya hingga bersih.
“Terima kasih ya Ton.., kamu hebat”.
Kuusap rambut dan tubuhnya yang polos, “Ah.., sama saja, aku belum pernah merasakan hal yang heboh seperti ini”.
Paginya rombongan melanjutkan perjalanan ke obyek wisata dan aku
tidak lepas-lepas mengamit lengan Eni dan dia bergelayut dengan manja.
Sepulang dari wisata Bali petualangan seks-ku dengan Eni terus
berlanjut sampai Eni melangsungkan pernikahan. Sejak menikah kami tidak
pernah lagi bertemu, karena Eni sekarang tidak lagi ada di kotaku.
JackpotCity Casino – Mobile App Download for Android & iOS
BalasHapusDownload 제천 출장샵 JackpotCity Casino 충청북도 출장샵 – 원주 출장샵 Mobile App download for Android and iOS. Get the best offers 의왕 출장안마 and 서산 출장샵 fastest payouts. JackpotCity App download and