aku mengikuti tour jasa wisata umum di kotaku untuk menuju ke pulau
Bali. Bis direncanakan berangkat pukul 17.00 dari tempat jasa wisata
tersebut. Peserta berkumpul dan mulai masuk bis yang disediakan dengan
nomor kursi yang telah ditetapkan. Peserta kebanyakan kaum muda yang
sedang lelah bekerja dan ingin santai menikmati suasana lain di luar
kantor.
Oh iya sebelumnya aku perkenalkan dulu namaku Tony pegawai Bank swasta di kota Malang dan..
“Permisi, di sini tempat duduk Nomor 6B?”, tanyaku pada seorang wanita
yang duduk di sebelah jendela dengan kaca mata hitam yang tetap
terpasang di matanya.
“Oh iya benar, mari silakan”, jawabnya seraya melepas kacamata serta mengemasi barang-barangnya yang menempati tempat dudukku.
Aku taksir, dia berusia sekitar 26 tahun dengan tinggi badan berkisar
165, cukup tinggi tentunya, rambut hitam pekat, kulit putih mulus serta
memakai baju yang cukup ketat dengan kancing terbuka sebiji dan warna
kontras dengan kulitnya yang putih, alis matanya cukup tebal dan..,
ukuran dadanya kuperkirakan 34 dengan cup B seolah akan menyembul
keluar, aku menarik nafas dalam-dalam. Aku duduk dengan sedikit
basa-basi menanyakan sudah berapa kali dia mengikuti acara seperti ini,
dia jawab sering tetapi melalui biro jasa ini masih sekali.
Bis berjalan perlahan meninggalkan kota Malang, kami masih asyik
berbincang sambil sesekali aku melirik bagian dada yang cukup menantang
tersebut, kubayangkan seandainya dada tersebut dapat kuraih, ahh.., Gaya
bicaranya yang lugas dan tanpa ditutup-tutupi membuatku betah untuk
terus bercakap mulai masalah ringan sampai masalah yang spesifik. Dia
bernama Eni.
“En.., Sorry ya kamu udah married ya”, tanyaku seenaknya.
“Lho kog nanyanya ke situ, emangnya kenapa sih Mas Ton”, rengeknya manja.
“Terus kalo aku udah merried kenapa dan kalo belum kenapa kog serius banget sih”, sambungnya sambil tersenyum.
“Eh nggak kog cuman nanya aja biar aku tahu siapa kamu, ntar kalo kita
akrab aku takut ada yang marah”, jawabku pura-pura bingung.
“Aku cerita ya, nanti ganti kamu ya”, aku cuma mengangguk mendengarkan.
“Aku kawin muda 18 tahun karena kecelakaan Ton, dan setelah anakku lahir
suamiku tidak bertanggung jawab terhadap keluarga, akhirnya aku
bercerai dan melanjutkan kuliah sampai selesai dan berusaha sendiri
dengan modal yang diberikan orang tuaku, aku bergerak dibidang
percetakan, anakku berusia 7 tahun tinggal bersama orang tuaku hanya
sesekali saja aku menjenguknya jika rindu, ah.., udah ah jangan
diterusin, aku ke sini ini bukan untuk bagi cerita lho, aku pengin
santai abis kerja gitu aja.., nah akupun juga demikian nggak pengin tahu
kamu lebih jauh yang pentingsaat ini kita satu bis bersama kan”,
jawabnya lugas.
“Iya deh sorry aku nggak nanya lagi”, sambil kutoleh wajahnya dan tak lupa kucuri pandang ke arah dada yang montok itu.
Malam semakin larut aku semakin akrab saja sama Eni, kusodorkan
jaketku melihat dia merasa kedinginan karena AC di bis cukup kencang,
sedangkan dia memakai pakaian yang cukup minim. Dia menerima dan
menutupkan pada bagian depan dadanya. Eni kelihatan mulai mengantuk.
Tanpa terasa Eni mulai terlelap dan bersandar di bahuku. Terasa hangat,
dengan sedikit keberanian kujulurkan tanganku untuk memeluknya, aku
beruntung karena dia tidak menghindariku bahkan semakin menempatkan diri
dalam rengkuhanku.
Bis sudah memasuki kota Situbondo dan Eni semakin terlelap dalam
tidurnya. Sebagai lelaki normal melihat hal seperti ini timbul rasa
isengku setelah menyadari bahwa benda lunak di dada Eni menempel pada
kulitku, lunak dan lembut apalagi pada waktu bis melewati jalan berliku
dan bergelombang gesekan dadanya semakin kuat terasa, aku mulai
merasakan ada yang bergerak di dalam celanaku, semakin keras dan keras.
Lampu bis dipadamkan dan kulihat bangku disebelah kiriku sudah
terlelap juga. Aku mulai mengadakan kegiatan gerilya, dengan perlahan
namun pasti kujulurkan tangan kananku yang sedang memeluk ke arah bawah
ketiaknya, kusentuh dengan lembut gumpalan daging yang sejak tadi
kuincar. Ah.., kenyal dan lembut, Eni menggeliat namun tetap diam,
aksiku makin berani melihat kondisi ini, kusingkap perlahan kaosnya dari
bawah melalui pinggangnya yang ramping, dengan berani kuraih
payudaranya sebelah kanan dengan menyingkap BH-nya, kurasakan ujung
payudaranya mengeras, kuusap lembut dan semakin mengeras, dia menggeliat
terbangun sedikit mengerang dan berbisik, “Mas.., kamu nakal.., Jangan
ah”, pintanya tanpa berusaha melarang lebih lanjut. Kenakalanku semakin
menjadi, kucium wajahnya sekilas dia malu dan merunduk, menempelkan
wajahnya di dadaku dan merunduk, kulanjutkan usahaku mengusap terus
payudaranya yang kenyal.
Batang kemaluanku semakin mengeras tampaknya dan dia mengetahui,
perlahan dia sentuhkan tangannya ke kemaluanku dan dia menatapku.
“Aku.., Aku..”, belum sempat dia bicara, kusorongkan bibirku dan
disahutnya dengan mesra. Kulihat sekelilingku masih tetap terlelap dan
aku terus meremas payudaranya sambil mempermainkan puting susunya yang
semakin mengeras tersebut. Aku semakin menjadi dan merasa aman saja
karena bagian dada Eni tertutup dengan jaket hangatku, dan tangan Eni
juga tidak diam dengan cekatan dan terampil tanpa komando dielusnya
penisku dari luar yang semakin mengeras itu dan aku semakin tak tahan
karena geli.
Waktu menunjukkan pukul 04.00 sat bis memasuki hotel di Bali, sesuai
dengan kamar yang dipersiapkan aku bersebehan dengan kamar Eni, kubantu
dia menurunkan barang-barangnya untuk dimasukkan dalam kamarnya.
Pada pengangkatan barang yang terakhir dipersilakannya aku duduk
dulu, tapi aku sudah tidak sabar lagi, pintu kututup dan kuraih pinggang
rampingnya, kusorongkan bibirku dan diraihnya dengan ganas. Aku dan dia
saling melumat, tanganku mulai bergerak menangkap gumpalan di dadanya,
sambil berjalan kududukkan dia di spring bed sambil kupeluk dan kuraba
punggungnya, kini sampailah pada pengait BH, kutarik pengaitnya dan
lepas, aku semakin bebas memegang buah dadanya dan dia menggeliat liar
sambil mendesis, kancing T-shirt yang dikenakan kutarik sampai lepas dan
dengan segera kulepas T-shirtnya. Aku terkagum, kulihat pemandangan
yang sungguh menakjubkan gadis berbody bagus dengan dada terbuka
tergolek indah, seperti gunung kecil yang mencuat dengan puncak coklat
kemerahan manantang, kulit putih mulus dengan memakai celana panjang dia
terpejam, mulutku mulai menyusuri wajah turun ke leher dan akhirnya
menancap pada ujung payudaranya.., Kuhisap.., terus sambil tak
henti-hentinya tanganku meraba pada bagian lain.
“Oh.., Mas.., Maass”, erangnya.
Tanganku mulai turun ke bawah, kubuka kancing celananya dan perlahan
kumasukkan tanganku pada bagian lunak berbulu lebat dan mulai basah.
Kuusap dengan lembut, dia tidak menolak bahkan memegang tanganku untuk
lebih lama tinggal di tempat basah tersebut. Kumasukkan perlahan jari
tanganku.., basah dan semakin basah, dia semakin liar bergerak dan
kulihat wajahnya memerah. Tanganku berhenti pada benda kecil yang ada
diantara bukit berbulu tersebut, dengan lincahnya kuputar-putar benda
kecil yang bernama clitoris dan kudapatkan vaginanya semakin berair.
” Aku nggak tahan Mas.., ah.., aahh”, dipeluknya aku erat-erat dan
mulutku masih tetap menghisap ujung buah dadanya. Dengan gerak gemulai
dia menurunkan seluruh kain yang menempel di tubuhnya, kini semuanya
nyata, gadis dengan kulit mulus tanpa cela tergolek mesra di ranjang.
Dengan ada bagian hitam legam penuh bulu menarik sekali nampaknya.
Ditariknya dengan keras tanganku untuk menjauh dari kemaluannya, dan
dengan tiba-tiba dia terbangun, didorongnya perlahan tubuhku sampai
telentang dan dia mulai merabaku dengan ganas, ditariknya kancing
bajuku, celanaku, semuanya terlepas tinggal celana dalamku saja, kami
tersenyum dan dengan perlahan Eni mulai melakukan aksinya, dihisapnya
dadaku dan dikecupnya perlahan, dia meraba celana dalamku dari luar
pelan dan terasa nikmat, tangannya yang lentik mulai merambah ke dalam
celana dalamku dan “Breet”, ditariknya keluar batang kemaluanku yang
sudah tegak berdiri. “Woow”, serunya berdesah, “Belum pernah aku melihat
benda yang seperti ini”.
Kulirik kemaluaku dengan ujung yang membonggol memerah dan berdenyut keras.
“Ini punya manusia apa kuda?”, tanyanya manja.
“Punya manusia dengan ukuran kuda”, jawabku terpejam dan pada saat itu
pula kulihat ujung kemaluanku sudah masuk dalam mulut Eni. Memang
kabarnya sih (nggak GR lho, pada waktu luang aku mencoba mengukur
kemaluanku ternyata memiliki panjang 17,5 cm dan lingkarnya cukup
segenggaman tangan normal) disedotnya kemaluanku sampai pipinya
kelihatan cekung. Mataku terpejam merasakan nikmatnya sedotan Eni.
Tanganku meremas rambutnya sambil sesekali kutarik rambutnya. Tidak
berhenti sampai di situ saja biji kemaluanku tidak luput dari keganasan
mulut Eni, terasa bergerinjal dan licin.
Aku mengerang dan Eni semakin gila memasukkan kemaluanku ke dalam
mulutnya yang mungil dengan cepat keluar masuk sampai terlihat otot
kemaluanku semakin memerah dan tanganku juga tidak mau diam dengan
meraih kemaluan Eni, kukucek dengan jemariku memelintir clitorisnya. Dia
mulai memuncak, dipegangnya gagang kemaluanku dan ditutunnya ke dalam
liang vaginanya, dia mendudukiku.
” Sekarang ya Maass aku nggak kuat.., hoo”, erangnya.
Aku diam saja dan, “Brreess”, ditekannya kuat-kuat vaginanya menutupi
kemaluanku. Aku geli bukan kepalang, tapi kulirik masih kepala
kemaluanku saja yang tenggelam dalam vaginanya, digoyangnya lagi
vaginanya perlahan, centi demi centi kemaluanku amblas dilahap
vaginanya. Dia menjerit dan mengerang begitu merasakan vaginanya penuh
dengan kemaluanku, sesak rasanya kemaluanku tidak dapat bergerak di
dalam vaginanya.
Kami diam sejenak, aku rasakan kemaluanku seperti dipijat-pijat dan
berdenyut, “aahh”, erangku. Eni mulai bergerak maju mundur dan naik
turun. Semakin lama semakin cepat disertai erangan manja yang membuat
aku semakin terangsang. Kupegang pinggangnya untuk membantu lancarnya
gerak kemaluanku mengucek kemaluannya. Dan, “Ooohh.., dengan kuat sekali
dia memelukku dengan kaku sambil berteriak histeris.
“Ampuun aku nggak kuat mau keluar Ton”, erangnya. Kurasakan semakin
licin kemaluanku mengocek kemaluannya. Dipeluknya aku erat-erat dan
kurasakan adanya kuku yang menancap di punggungku.
“Jangan gerak dulu Ton aku nggaak kuat..”, pintanya.
Kudiamkan kemaluanku tetap bersembunyi di vaginanya. Tidak lama kemudian
dia lemas dan telentang, kulihat kemaluanku masih tegak berdiri dan
siap menghunjam. Kuambil handuk dan kuusapkan pada vaginanya yang basah.
Setelah kering kucoba memberikan rangsangan dengan membiarkan mulutku
menjilatinya. Dan ajaib, Eni mulai terangsang lagi, Eni menggeliat
begitu lidahku mempermainkan clitorisnya, kugigit kecil dan kudengarkan
suara teriakannya semakin menjadi.
Disorongkan pantatnya dan hidungku ambles ke lubangnya, tercium bau
segar vaginanya dan batang kemlauanku semakin keras memerah. Aku berdiri
dengan memegang batang kemaluanku, kusibak rambut di seputar kemaluan
Eni dan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku menyodok clitorisnya, dia
semakin menggila. Kutuntun pelan-pelan dan tidak seperti pertama tadi,
batang kemaluanku lebih mudah menerobos vagina Eni yang sudah mulai
membanjir itu.
Dengan lancar mulai kugerakkan keluar masuk ke vaginanya, Eni
menggoyangkan pantatnya mengimbangi permainanku sembari tangannya
menggapai punggungku dan sesekali desisan suaranya menambah
rangsanganku.
“Teruus.., Toon,.. aahh”.
“Yaahh.
“Ahh.
Semakin lama semakin kurasakan mudah menggoyang kemaluanku dan terasa
berkecipak suara beradunya vagina Eni dan kemaluanku. Kepalaku mulai
hangat dan kemaluanku mulai meregang.
“Enn.., aahh.
“Apa Ton.
“Aku nggak kuat En.., Mau keluar.
“Aku sudah tiga kali Ton.., Tapi sebentar Ton.
Tiba-tiba ditariknya batang kemaluanku dan dikocok sambil mulutnya
menghisap ujung kemaluanku, dengan rakusnya ditarik dan dimasukkan
secara cepat kemaluanku pada mulutnya yang mungil dan tak henti-hentinya
dia berguman, aku semakin geli dan geli, “aahh”, sesaat kemudian,
“Srreett”, kurasakan ada sesuatu zat yang keluar dari kemaluanku dan
tidak disia-siakan oleh mulut Eni, dihisap dan hisap terus, tak terasa
mulut Eni penuh dengan tumpahan air maniku bahkan ada beberapa yang
sampai ke pipinya. Dia tersenyum, dibersihkannya kemaluanku dengan
mulutnya sambil terus diciumi tanpa henti dan pecah rasanya kepalaku
menahan geli yang tidak terkira.
Aku tergeletak tak berdaya dengan keringat mengucur dari setiap centi
tubuhku. Dipeluk, dikecupnya tubuhku oleh Eni. Dipegangnya kemaluanku
yang mulai mengecil dan diciumnya kembali.
“Aahh.., sudah dulu ah.., aku masih payah”, pintaku manja.
“Enggak kog aku cuma membersiin yang tadi saja, ini masih ada sisanya
kog”, sambil terus melumat kemaluanku dan menghisapnya hingga bersih.
“Terima kasih ya Ton.., kamu hebat”.
Kuusap rambut dan tubuhnya yang polos, “Ah.., sama saja, aku belum pernah merasakan hal yang heboh seperti ini”.
Paginya rombongan melanjutkan perjalanan ke obyek wisata dan aku
tidak lepas-lepas mengamit lengan Eni dan dia bergelayut dengan manja.
Sepulang dari wisata Bali petualangan seks-ku dengan Eni terus
berlanjut sampai Eni melangsungkan pernikahan. Sejak menikah kami tidak
pernah lagi bertemu, karena Eni sekarang tidak lagi ada di kotaku.
CERITA NAFSU
Rabu, 02 April 2014
MBAK DEWI KU SAYANG
Saya adalah seorang pegawai swasta yang bergerak dalam bidang
komputer. Beberapa minggu yang lalu saya ditelpon melalui HP untuk
memperbaiki komputer pada salah satu pelanggan yang belum saya kenal
yang jelas suaranya seorang wanita, saya perkirakan berumur 25 tahunan
karena suaranya sangat manja dan dewasa.
Pada waktu yang ditentukan saya datangi, rumahnya tak terlalu luas tapi cukup apik penataan taman, saya pencet bel, yang keluar seorang wanita setengah tua dengan penampilan yang mempesona, dengan kulit bersih tanpa make up dan bibirnya yang sensual hingga membuat buyar konsentrasi. Setelah beberapa saat menunggu di ruang tamu saya dipersilakan masuk ke ruang kerja, dimana komputer tersebut berada. Beberapa waktu berselang selesai pekerjaan saya, sebelum pamit saya menyuruh mencoba komputer tersebut apa sudah baik atau masih ada yang tertinggal.
Berawal dari coba mencoba akhirnya saya jadi akrab untuk berbincang-bincang dengan wanita setengah baya, yang mengaku bernama Dewi (nama samaran). Yang ternyata seorang istri yang selalu ditinggal oleh suaminya yang gila kerja. Waktu suaminya hanya tersita oleh pekerjaan, memang soal materi selalu diberikan dengan sangat cukup tapi soal batin yang tak pernah terpikirkan oleh suaminya terhadap istrinya, saya pikir hal ini persoalan klise belaka, tetapi dampaknya sangat berarti bagi kehidupan berumah tangga.
Tak terasa waktu berjalan terus seiring dengan konsultasi Dewi terhadap saya tentang persoalan rumah tangganya, katanya saya dapat berbicara seperti konsultan rumah tangga, hal ini memang saya akui suatu kelebihan saya bila menghadapi wanita yang sedang dirundung musibah, tapi bukan sebagai kedok untuk berbuat yang tidak-tidak.
Setelah selesai saya pamit dan memberikan No. HP saya dengan pesan bila terjadi sesuatu dan memerlukan saya hubungi saya.
Beberapa hari kemudian saya ditelpon untuk bertemu disuatu tempat yang menurut saya sebagai tempat yang sangat romantis bagi dua insan yang sedang kasmaran namanya (ada aja).
“Mas, saya sangat berterima kasih atas konsultasinya waktu lalu”, ujar Dewi dengan mata yang sendu dan bibir tergetar halus.
“Saya hanya orang biasa yang hanya dapat berbicara untuk mencari jalan keluar”, jawab saya sebisanya karena dengan tatapan matanya saya dapat merasakan getaran birahi yang sangat besar.
“Saya ingin Mas temani saya untuk berbagi rasa dengan perasaan Mas yang sebenarnya”
Wah mati aku, akhirnya saya bimbing kedalam tempat yang nyaman dan privacy. Bagaikan seorang kekasih saya berkasi-kasihan diatas sebuah ranjang empuk dan berudara nyaman.
Saya lumat bibirnya dengan penuh perasaan dan saya genggam kedua telapak tangannya sehingga kami merasakan kebersamaan yang bergelora. Lidahnya terus bergoyang didalam rongga mulut seirama dengan alunan musik bossas. Lama kami ber ciuman mesra, kurengkuh lehernya dengan jilatan halus yang merindingkan bulu kuduknya, Dewi melenguh.
“Mas terus Mas jangan kecewakan saya” sebentar-bentar tangannya bergreliya ke dada dan selangkangan saya, tak tinggal diam dengan gaya yang meyakinkan saya kecup putingnya dengan sedotan-sedotan kecil dan gigitan mesra, bibir saya meluncur kebawah menuju pusar, saya mainkan lidah saya dibundaran pusarnya wah wangi farfumnya menyentuh birahi saya. Tangannya merengkuh alat pitas saya yang sudah tegang, Dewi kaget, mass kok besar sekali, saya bisikan, jangan takut pasti muat. Memang Dewi belum dikaruniai anak, jadi masih seperti perawan, apalagi punya suaminya tak terlalu besar.
Saya jilat permukaan vaginanya, Dewi bergelinjang menarik pantatnya hingga menjauhi bibir saya, saya terperanjat, kenapa?
“Mass saya belum pernah seperti itu, maaf yah”, saya hanya tersenyum dan meneruskan permainan bibir kebagian betis dan seluruh paha.
Beberapa waktu berselang tangannya mendekap kepala saya dengan sangat kencang seolah-olah tak mau dilepaskan, sesak napas saya. saya tau Dewi sudah klimaks tapi dalam dalam benak saya ini baru permulaan. Setelah dekapannya melemah saya baringkan celentang, terhamparlah padang rumput dan pegunungan yang indah seindah tubuhnya tanpa sehelai benangpun. Dengan gaya konpensional saya mulai melaksanakan tugas saya sebagai seorang lelaki, saya selipkan punya saya disela-sela bibir kemaluannya hingga ambles kepalanya, Dewi menjerit kecil.
“Mass, tahan Mass ngiluu Mas terlalu besar”.
Memang saya sadar dan tak langsung main tancap, saya tarik dan tekan secara perlahan-lahan, setelah vaginanya teradaptasi Dewi berubah dengan gaya yang agresip ditekan pantatnya ke atas hingga punya saya ambles semua, saya imbangi dengan gerak-gerakan yang atraktif, saya balikkan tubuhnya, saya dibawah dan Dewi di atas dengan demikian Dewi lebih leluasa untuk mengekspresikan birahinya yang selama ini tertahan. Benar adanya dengan gerakan yang dahsyat Dewi bergerak naik turun sambil berdesis-desis hingga saya bingung membedakan antara desisan bibir bawah dengan bibir atas. Beberapa saat kemudian Dewi mengejan dan menegang sambil menggigit dada saya, setelah itu saya tak mau kehilangan momen saya lakukan penyerangan dengan gaya profesional atas, bawah, depan, belakan, kiri dan kanan, hanya satu yang tak mau saya paksakan yaitu mengoral punya saya, karna saya tau Dewi nanti stress, saya pikir bila nanti pada satnya tiba mungkin bukan batangnya yang dilumat tapi sekalian bijinya dan sangkarnya.
“Dewwii saya mau sampai nihh. saya keluarin dimanaa?”
“Mas di luar saja dulu yah”.
Dengan secepat kilat saya tarik kemaluan saya dan saya keluarkan di dadanya hingga beberapa semprotan protein meleleh diantara dua bukit dan sedikit terciprat ke dagu. Setelah semprotan terakhir keluar, matanya terbuka dan tangannya menggenggam kemaluan saya, tanpa saya sadari dikulumnya kemaluan saya, hingga saya terperajat dan tak yakin, yah mungkin inilah yang dinamakan puncak dari birahi kaum hawa yang sudah mencapai batas ambang sehingga tak berlaku lagi rasa malu, jijik, dan kotor yang ada hanya nafsu dan nafsu.
Tanpa istirahat kemaluan saya bangun kembali sehingga menegang sampai kuluman mulut Dewi terasa sempit dan rongga mulutnyapun membesar. Gerakan maju mundur mengakibatkan saya bergelinjang kekanan dan kekiri sambil sesekali mencengram rambutnya yang terurai lepas. Konsentrasiku hampir terganggu dengan gerakannya yang cepat hampir klimaks saya dibuatnya, tapi sebelum itu saya lepaskan untuk mengurangi ketegangan saya, saya balik menyerang dengan jari jemari menari-nari diseputar liang vaginanya dan sesekali menggesekkan ke area G-Spot wanitanya sehingga Dewi merancau tak karuan, tangannya menarik sprei hingga terlepas dari sangkutannya. semakin lama semakin dahsyat pergolakan birahi saya dan Dewi, saya rasakan aliran cairan hanggat membasahi jari saya dan tak mau ketinggalan moment yang indah ini saya balikan tubuhnya sehingga tengkurap dan saya tekan dengan kemaluan saya dari arah belakang, Dewi meringis.
“Mas pelan-pelan, ngilu”
Saya atur irama sehingga lama kelamaan menjadi asyik dan Dewipun melakukan gerakan yang membuatnya bertambah assyik dan masyukk. Dadaku bergetar ketika hasrat itu akan mencapai puncak, ku tarik kemaluanku dan kusemprotkan ke atas punggungnya dangan kedua tangan ku mencengram kedua bongkah pantatnya yang masih kencang untuk ukuran Dewi. Dan lubang anusnya masih bersih tak ada tanda-tanda bekas gesekan atau luka atau penyakit wasir, nafsu saya melihatnya tapi hasrat itu saya pendam, mungkin (dalam benak saya) lain waktu Dewi meminta untuk di setubuhi anusnya karena memang bila nafsu sudah datang birahipun memuncak yang pada akhirnya dunia terasa sangat-sangat indah melayang-layang dan sukar diutarakan yang ada hanya dirasakan. Pikiran ngeres saya ternyata terbaca oleh Dewi, dengan sedikit mesra tangannya menarik kepalaku dan membisikan sesuatu.
“Mas, coba dong masukin dari belakang, Dewi ingin coba sekali aja tapi pelan-pelan yah”.
Antara sadar dan tak sadar saya anggukan kepala tanda setuju. Karena badan saya sangat lelah saya istirahat sebentar dan membersikan sisa-sisa mani yang menempel pada kaki dan perut. Saya minum beberapa teguk minuman yang dihidangkan dikamar tamu, setelah rilek saya kembali kekamar, ternyata Dewi masih tergolek diatas tempat tidur dalam posisi tengkurap, wah inilah yang dinamakan lubang surga, terletak hanya kurang lebih tujuh centimeter antara lubang vagina dengan lubang anus. Saya berfikir mana yang lebih sempit, wah yang pasti lubang anus yang lebih sempit, tanpa basa-basi saya mainkan jari saya dengan sedikit ludah untuk pelicin kesekitar permukaan anusnya, Dewi terbangun dan merasakan adanya sesuatu yang lain dari pada yang lain, dan jariku terus menusuk nusuk lubang anusnya, saya tidak merasa jijik karena memang anus Dewi bersih dan terawat.
Dengan hati-hati saya masukkan kejantanan saya kedalam anusnya, susah sekali masukinnya karena memang punya saya besar dibagian kepalanya sedang Dewi anusnya masih sangat rapat, saya nggak abis akan saya ludahin agar licin, lama-lama kepala kemaluan saya masuk kedalam anusnya, Dewi menjerit kecil, saya tahan beberapa saat kemudia dengan rileks saya tekan setengah dan tarik kembali, begitu terus-enerus sehingga Dewi merasakan sensasi yang luar biasa.
“Mas kok enak sih, lain gitu dengan melalui vagina”.
Saya pun waktu itu baru merasakan lubang anus tuh seperti itu, menyedot dan hangat, hampir-hampir saya tidak kontrol untuk cepat-cepat keluar, dengan tarik nafas secara perlahan saya bisa kendalikan emosi saya sehingga permainan berjalan dengan waktu yang panjang, Dewi meringis dan bola matanya sebentar-bentar putih semua menandakan birahi yang sangat dahsyat.
Kemaluan saya semakin tegang dan berdenyut tanpa memberi tahu kepada Dewi saya semprotkan mani saya kedalam liang anusnya, Dewi kaget dan mengejan sehingga kemaluan saya seakan-akan disedot oleh jetpump kekuatan besar. saya tergeletak diatas punggungnya sambil memeluk perutnya yang indah, walaupun ada sedikir kerutan, karena memabg umur tidak bisa dikelabui, saya dan Dewi tertidur sejenak seakan melayang-layang di dunia lain. Kami bersetubuh dengan kemesraan hingga dua jam setengah sebanyak tiga ronde dipihak saya.
Saya lihat tatapan matanya mengandung kepuasan yang sangat dahsyat begitu pula saya sehingga membuat motivasi saya untuk bersetubuh dengan wanita-wanita setengah baya yang memang membutuhkan siraman biologis, karena wanita setengah baya secara teori sedang dalam puncak-puncaknya mengidamkan kepuasan birahi yang tinggi, istilahnya sedang mengalami fase puber kedua, apalagi bila sang suami tak memberikannya. Saya memang lebih menyukai wanita setengah baya dari pada ABG, karena wanita setengah baya mempunyai naluri kewanitaan yang besar sehingga dalam bersetubuh dapat saling memberikan respon yang sangat artistik bila dilakukan dengan mesra.
Setelah kami mandi kamipun bergegas untuk kembali pada tugas masing-masing, dari akhir pembicaraan saya dengannya, saya dipesankan agar merahasiakan hubungan ini, setelah itu saya diselipkan sehelai cek untuk konsultasi katanya. tanpa kwitansi dan tanda terima seperti biasanya bila terjadi transaksi. Sebenarnya saya tak tega mengambil cek tersebut, karena apa yang saya lakukan dengannya adalah sama-sama iklas sehingga hubungan menjadi sangat sangat sangat asyik masyuk, tapi saya pikir uang buat Dewi nggak masalah karena memang untuk biaya pengeluaran lebih kecil dari pada yang diterima dari suaminya, selain itu saya juga sedang memerlukan biaya untuk memperbaiki kendaraan saya yang secara kebetulan pada waktu itu sedang mengalami perbaikan mesin.
Setelah peristiwa itu saya masih terus dihubungi bila Dewi perlu, dan pernah saya dikenalkan dengan rekan-rekan yang senasib dan saya pernah dihubungi oleh teman-temanya dengan saling menjaga rahasia satu sama lain, tapi ceritanya tak jauh beda, yang jelas saya akan rahasiakan sampai akhir hayat.
Pada waktu yang ditentukan saya datangi, rumahnya tak terlalu luas tapi cukup apik penataan taman, saya pencet bel, yang keluar seorang wanita setengah tua dengan penampilan yang mempesona, dengan kulit bersih tanpa make up dan bibirnya yang sensual hingga membuat buyar konsentrasi. Setelah beberapa saat menunggu di ruang tamu saya dipersilakan masuk ke ruang kerja, dimana komputer tersebut berada. Beberapa waktu berselang selesai pekerjaan saya, sebelum pamit saya menyuruh mencoba komputer tersebut apa sudah baik atau masih ada yang tertinggal.
Berawal dari coba mencoba akhirnya saya jadi akrab untuk berbincang-bincang dengan wanita setengah baya, yang mengaku bernama Dewi (nama samaran). Yang ternyata seorang istri yang selalu ditinggal oleh suaminya yang gila kerja. Waktu suaminya hanya tersita oleh pekerjaan, memang soal materi selalu diberikan dengan sangat cukup tapi soal batin yang tak pernah terpikirkan oleh suaminya terhadap istrinya, saya pikir hal ini persoalan klise belaka, tetapi dampaknya sangat berarti bagi kehidupan berumah tangga.
Tak terasa waktu berjalan terus seiring dengan konsultasi Dewi terhadap saya tentang persoalan rumah tangganya, katanya saya dapat berbicara seperti konsultan rumah tangga, hal ini memang saya akui suatu kelebihan saya bila menghadapi wanita yang sedang dirundung musibah, tapi bukan sebagai kedok untuk berbuat yang tidak-tidak.
Setelah selesai saya pamit dan memberikan No. HP saya dengan pesan bila terjadi sesuatu dan memerlukan saya hubungi saya.
Beberapa hari kemudian saya ditelpon untuk bertemu disuatu tempat yang menurut saya sebagai tempat yang sangat romantis bagi dua insan yang sedang kasmaran namanya (ada aja).
“Mas, saya sangat berterima kasih atas konsultasinya waktu lalu”, ujar Dewi dengan mata yang sendu dan bibir tergetar halus.
“Saya hanya orang biasa yang hanya dapat berbicara untuk mencari jalan keluar”, jawab saya sebisanya karena dengan tatapan matanya saya dapat merasakan getaran birahi yang sangat besar.
“Saya ingin Mas temani saya untuk berbagi rasa dengan perasaan Mas yang sebenarnya”
Wah mati aku, akhirnya saya bimbing kedalam tempat yang nyaman dan privacy. Bagaikan seorang kekasih saya berkasi-kasihan diatas sebuah ranjang empuk dan berudara nyaman.
Saya lumat bibirnya dengan penuh perasaan dan saya genggam kedua telapak tangannya sehingga kami merasakan kebersamaan yang bergelora. Lidahnya terus bergoyang didalam rongga mulut seirama dengan alunan musik bossas. Lama kami ber ciuman mesra, kurengkuh lehernya dengan jilatan halus yang merindingkan bulu kuduknya, Dewi melenguh.
“Mas terus Mas jangan kecewakan saya” sebentar-bentar tangannya bergreliya ke dada dan selangkangan saya, tak tinggal diam dengan gaya yang meyakinkan saya kecup putingnya dengan sedotan-sedotan kecil dan gigitan mesra, bibir saya meluncur kebawah menuju pusar, saya mainkan lidah saya dibundaran pusarnya wah wangi farfumnya menyentuh birahi saya. Tangannya merengkuh alat pitas saya yang sudah tegang, Dewi kaget, mass kok besar sekali, saya bisikan, jangan takut pasti muat. Memang Dewi belum dikaruniai anak, jadi masih seperti perawan, apalagi punya suaminya tak terlalu besar.
Saya jilat permukaan vaginanya, Dewi bergelinjang menarik pantatnya hingga menjauhi bibir saya, saya terperanjat, kenapa?
“Mass saya belum pernah seperti itu, maaf yah”, saya hanya tersenyum dan meneruskan permainan bibir kebagian betis dan seluruh paha.
Beberapa waktu berselang tangannya mendekap kepala saya dengan sangat kencang seolah-olah tak mau dilepaskan, sesak napas saya. saya tau Dewi sudah klimaks tapi dalam dalam benak saya ini baru permulaan. Setelah dekapannya melemah saya baringkan celentang, terhamparlah padang rumput dan pegunungan yang indah seindah tubuhnya tanpa sehelai benangpun. Dengan gaya konpensional saya mulai melaksanakan tugas saya sebagai seorang lelaki, saya selipkan punya saya disela-sela bibir kemaluannya hingga ambles kepalanya, Dewi menjerit kecil.
“Mass, tahan Mass ngiluu Mas terlalu besar”.
Memang saya sadar dan tak langsung main tancap, saya tarik dan tekan secara perlahan-lahan, setelah vaginanya teradaptasi Dewi berubah dengan gaya yang agresip ditekan pantatnya ke atas hingga punya saya ambles semua, saya imbangi dengan gerak-gerakan yang atraktif, saya balikkan tubuhnya, saya dibawah dan Dewi di atas dengan demikian Dewi lebih leluasa untuk mengekspresikan birahinya yang selama ini tertahan. Benar adanya dengan gerakan yang dahsyat Dewi bergerak naik turun sambil berdesis-desis hingga saya bingung membedakan antara desisan bibir bawah dengan bibir atas. Beberapa saat kemudian Dewi mengejan dan menegang sambil menggigit dada saya, setelah itu saya tak mau kehilangan momen saya lakukan penyerangan dengan gaya profesional atas, bawah, depan, belakan, kiri dan kanan, hanya satu yang tak mau saya paksakan yaitu mengoral punya saya, karna saya tau Dewi nanti stress, saya pikir bila nanti pada satnya tiba mungkin bukan batangnya yang dilumat tapi sekalian bijinya dan sangkarnya.
“Dewwii saya mau sampai nihh. saya keluarin dimanaa?”
“Mas di luar saja dulu yah”.
Dengan secepat kilat saya tarik kemaluan saya dan saya keluarkan di dadanya hingga beberapa semprotan protein meleleh diantara dua bukit dan sedikit terciprat ke dagu. Setelah semprotan terakhir keluar, matanya terbuka dan tangannya menggenggam kemaluan saya, tanpa saya sadari dikulumnya kemaluan saya, hingga saya terperajat dan tak yakin, yah mungkin inilah yang dinamakan puncak dari birahi kaum hawa yang sudah mencapai batas ambang sehingga tak berlaku lagi rasa malu, jijik, dan kotor yang ada hanya nafsu dan nafsu.
Tanpa istirahat kemaluan saya bangun kembali sehingga menegang sampai kuluman mulut Dewi terasa sempit dan rongga mulutnyapun membesar. Gerakan maju mundur mengakibatkan saya bergelinjang kekanan dan kekiri sambil sesekali mencengram rambutnya yang terurai lepas. Konsentrasiku hampir terganggu dengan gerakannya yang cepat hampir klimaks saya dibuatnya, tapi sebelum itu saya lepaskan untuk mengurangi ketegangan saya, saya balik menyerang dengan jari jemari menari-nari diseputar liang vaginanya dan sesekali menggesekkan ke area G-Spot wanitanya sehingga Dewi merancau tak karuan, tangannya menarik sprei hingga terlepas dari sangkutannya. semakin lama semakin dahsyat pergolakan birahi saya dan Dewi, saya rasakan aliran cairan hanggat membasahi jari saya dan tak mau ketinggalan moment yang indah ini saya balikan tubuhnya sehingga tengkurap dan saya tekan dengan kemaluan saya dari arah belakang, Dewi meringis.
“Mas pelan-pelan, ngilu”
Saya atur irama sehingga lama kelamaan menjadi asyik dan Dewipun melakukan gerakan yang membuatnya bertambah assyik dan masyukk. Dadaku bergetar ketika hasrat itu akan mencapai puncak, ku tarik kemaluanku dan kusemprotkan ke atas punggungnya dangan kedua tangan ku mencengram kedua bongkah pantatnya yang masih kencang untuk ukuran Dewi. Dan lubang anusnya masih bersih tak ada tanda-tanda bekas gesekan atau luka atau penyakit wasir, nafsu saya melihatnya tapi hasrat itu saya pendam, mungkin (dalam benak saya) lain waktu Dewi meminta untuk di setubuhi anusnya karena memang bila nafsu sudah datang birahipun memuncak yang pada akhirnya dunia terasa sangat-sangat indah melayang-layang dan sukar diutarakan yang ada hanya dirasakan. Pikiran ngeres saya ternyata terbaca oleh Dewi, dengan sedikit mesra tangannya menarik kepalaku dan membisikan sesuatu.
“Mas, coba dong masukin dari belakang, Dewi ingin coba sekali aja tapi pelan-pelan yah”.
Antara sadar dan tak sadar saya anggukan kepala tanda setuju. Karena badan saya sangat lelah saya istirahat sebentar dan membersikan sisa-sisa mani yang menempel pada kaki dan perut. Saya minum beberapa teguk minuman yang dihidangkan dikamar tamu, setelah rilek saya kembali kekamar, ternyata Dewi masih tergolek diatas tempat tidur dalam posisi tengkurap, wah inilah yang dinamakan lubang surga, terletak hanya kurang lebih tujuh centimeter antara lubang vagina dengan lubang anus. Saya berfikir mana yang lebih sempit, wah yang pasti lubang anus yang lebih sempit, tanpa basa-basi saya mainkan jari saya dengan sedikit ludah untuk pelicin kesekitar permukaan anusnya, Dewi terbangun dan merasakan adanya sesuatu yang lain dari pada yang lain, dan jariku terus menusuk nusuk lubang anusnya, saya tidak merasa jijik karena memang anus Dewi bersih dan terawat.
Dengan hati-hati saya masukkan kejantanan saya kedalam anusnya, susah sekali masukinnya karena memang punya saya besar dibagian kepalanya sedang Dewi anusnya masih sangat rapat, saya nggak abis akan saya ludahin agar licin, lama-lama kepala kemaluan saya masuk kedalam anusnya, Dewi menjerit kecil, saya tahan beberapa saat kemudia dengan rileks saya tekan setengah dan tarik kembali, begitu terus-enerus sehingga Dewi merasakan sensasi yang luar biasa.
“Mas kok enak sih, lain gitu dengan melalui vagina”.
Saya pun waktu itu baru merasakan lubang anus tuh seperti itu, menyedot dan hangat, hampir-hampir saya tidak kontrol untuk cepat-cepat keluar, dengan tarik nafas secara perlahan saya bisa kendalikan emosi saya sehingga permainan berjalan dengan waktu yang panjang, Dewi meringis dan bola matanya sebentar-bentar putih semua menandakan birahi yang sangat dahsyat.
Kemaluan saya semakin tegang dan berdenyut tanpa memberi tahu kepada Dewi saya semprotkan mani saya kedalam liang anusnya, Dewi kaget dan mengejan sehingga kemaluan saya seakan-akan disedot oleh jetpump kekuatan besar. saya tergeletak diatas punggungnya sambil memeluk perutnya yang indah, walaupun ada sedikir kerutan, karena memabg umur tidak bisa dikelabui, saya dan Dewi tertidur sejenak seakan melayang-layang di dunia lain. Kami bersetubuh dengan kemesraan hingga dua jam setengah sebanyak tiga ronde dipihak saya.
Saya lihat tatapan matanya mengandung kepuasan yang sangat dahsyat begitu pula saya sehingga membuat motivasi saya untuk bersetubuh dengan wanita-wanita setengah baya yang memang membutuhkan siraman biologis, karena wanita setengah baya secara teori sedang dalam puncak-puncaknya mengidamkan kepuasan birahi yang tinggi, istilahnya sedang mengalami fase puber kedua, apalagi bila sang suami tak memberikannya. Saya memang lebih menyukai wanita setengah baya dari pada ABG, karena wanita setengah baya mempunyai naluri kewanitaan yang besar sehingga dalam bersetubuh dapat saling memberikan respon yang sangat artistik bila dilakukan dengan mesra.
Setelah kami mandi kamipun bergegas untuk kembali pada tugas masing-masing, dari akhir pembicaraan saya dengannya, saya dipesankan agar merahasiakan hubungan ini, setelah itu saya diselipkan sehelai cek untuk konsultasi katanya. tanpa kwitansi dan tanda terima seperti biasanya bila terjadi transaksi. Sebenarnya saya tak tega mengambil cek tersebut, karena apa yang saya lakukan dengannya adalah sama-sama iklas sehingga hubungan menjadi sangat sangat sangat asyik masyuk, tapi saya pikir uang buat Dewi nggak masalah karena memang untuk biaya pengeluaran lebih kecil dari pada yang diterima dari suaminya, selain itu saya juga sedang memerlukan biaya untuk memperbaiki kendaraan saya yang secara kebetulan pada waktu itu sedang mengalami perbaikan mesin.
Setelah peristiwa itu saya masih terus dihubungi bila Dewi perlu, dan pernah saya dikenalkan dengan rekan-rekan yang senasib dan saya pernah dihubungi oleh teman-temanya dengan saling menjaga rahasia satu sama lain, tapi ceritanya tak jauh beda, yang jelas saya akan rahasiakan sampai akhir hayat.
PERAWAN UNTUK ADEK KU
Cerita Panas,Namaku Mona, umurku 24 tahun, aku sudah
menikah dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut cerita panas ini aku
ingin berbagi pengalamantentang hubunganku dengan adik kandungku
sendiri.
Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22
tahun dan adikku berusia 18 tahun.
Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut
suaminya, sedangkan aku dan adikku tinggal bersama orang tua
kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat
badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian
pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku
yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang
berjalan keluar rumah.
Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia
adalah kakak kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah
2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan
petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap…..
Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting,
tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami
menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara
swalayan, yaitu mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa
menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik
melakukannya.
Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan
belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak
dibelai rasanya tersiksa sekali… entah kenapa aku jadi
ketagihan… Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan
tanganku sendiri dikamarku sendiri. Sering aku meraba-raba
payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai aku
orgasme.
Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini
adikku John sering mengintip aku… ini aku ketahui setelah
dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya
sendiri.
Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke
supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak
maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai
celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya
naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku,
sedangkan mamaku memangku belanjaan. Diperjalanan yang hanya
500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan
sesuatu bergerak-gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol
adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku
membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan.
Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan
dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang
sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya.
Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan
tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku
berusaha bersikap biasa.
Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku…
Aku sangat terangsang sekali… dia meraba dan membelai-belai
tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana
dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan
kontolnya ke memekku. Tentu saja aku keberatan, walaupun aku
sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan
keperawananku. Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk
tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah berteriak minta
tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung
menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku
ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku
lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku
melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai
pakaiannya dan pamit pulang.
Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan
teman-teman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang
sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya,
tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.
Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku
berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku
menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga
bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan
setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhku. Ketika
kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin
merasakan tubuhku juga… dia menjawab:
“Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga
lelaki” aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku
berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak,
“emang adik pernah nyobain cewe?” dia bilang “ya, belum
kak”…. itulah percakapan awal bencana itu.
Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau
merindukan belaiannya… lalu aku mulai meraba-raba tubuhku
sendiri… tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku
inginkan… sekilas aku membayangkan adikku… lalu aku
memutuskan untuk mengintip ke kamarnya… Malam itu aku
mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari
lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget
sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana
dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani,
aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku,
gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku… Dan
yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan
namaku… Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan
marah… aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa
yang baru saja aku saksikan.
Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan
adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi
pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia
sangat senang aku dating… ditariknya aku ke kamarnya dan kami
langsung bercumbu… saling cium saling hisap dan
perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya
kami telanjang bulat. Gilanya begitu aku melihat kontolnya,
aku terbayang kontol adikku yang jauh lebih besar darinya…
sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan
terpaksa aku melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan
mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku.
“Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya” lalu dia mula
menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu kontolnya
mencari-cari lubang memekku… begitu unjung kontolnya nempel
dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah
langsung orgasme, air maninya belepotan diatas memekku…
“Ohhhhh…” katanya.
Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi
ke memekku. Tentu saja aku sangat kecewa, karena libidoku
masih sangat tinggi.
“Puaskan aku dong… aku kan belum…” rengekku tanpa
malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku…
“Maaf, aku harus buru-buru ada janji dengan sisca” katanya
tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun. Aku menyembunyikan
kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah
ketika keluar dari rumahnya.
Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku
untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekali
lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan sampai
setiap orang di bis.
Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke
sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku langsung
menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan
libidoku dengan cara berolah raga.
Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai
berenang dan puncaknya kami mandi sauna. Karena sport club
tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar
denganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang “kak, baju
renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga
keluar, percuma sauna”
“Abis pake apa” timpalku, “aku ngga punya baju lagi”
“Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka”
katanya
Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan
menganti baju renangku dengan BH dan celana dalam, sialnya aku
memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku
tadi… Tapi “ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku
telanjang juga”.
Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang
sangat berani… kulihat dia berkali-kali menelan ludah, aku
pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya
sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat
segalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku… adikku
terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku
sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku
onani dan yang membuat libidoku malah memuncak adalah kepala
kontolnya muncul diatas celana renangnya.
Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke
bagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku
melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi
pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan.
Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku
memulainya dengan berkata:
“Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu”
“Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe
bahenol” katanya
“Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik” kataku
lebih berani
“Iya yah…” katanya sambil berdiri dan membuka celananya…
Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku
melihat batang kemaluan adikku yang begitu besar.
Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke
tempatnya.
“Kenapa dimatiin” kataku
“Udah cukup panas kak” katanya
Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali
duduk, kami saling memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba
cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti dinding
memekku, apalagi melihat kontol adikku.
Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak
keluar, tapi adikku malah mencegahku “nanti kak”.
“Kan udah saunanya ” timpalku, aku sangat kaget dia berada
tepat di depanku dengan kontol mengacung ke arahku, antara
takut dan ingin.
“Kakak udah pernah gituan belum kak” kata adikku
“Belum” kataku, “emang kamu udah..?” lanjutku
“Belum juga kak, tapi pengen nyoba” katanya
“Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya” kataku berbalik
kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku
memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku
yang besar menempel di kontolnya.
Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah
adikku. Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku dan
menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup
G-string.
“Oh kak…. bahenol sekali, aku pengen nyobain kak” katanya
dengan nafas memburu.
“Aw… dik ngapain kamu” timpalku tanpa berusaha merubah
posisiku, karena memang aku juga menginginkannya.
“Pengen ngentot kakak” katanya kasar sambil menekan batangnya
kepantatku.
Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, “Aku kan
kakakm John, inget dong”
Adikku tetap memegang pinggulku “tolong kak.. asal nempel
aja.. nga usah dimasukkin, aku ngga tahan banget”
“Tolong kak,” katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau
kak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak”.
Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan
tadi pagi.. dan membayangkan pacarku menunggangi sisca,
libidoku tambah naik..
“Persetan dengan pacar brengsek” batinku.
“Jangan disini” pintaku.
“Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit” katanya meremas
pinggulku.
“Kakak belum siap” kataku.
“Kakak nungging aja, nanti aku panasin” katanya.
Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang
grendel pintu, aku menungginginya dan dengam pelan-pelan dia
membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan dia jongkok di
belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat
memeku dari belakang…
“Oh… ngapain kamu dik…” kataku tanpa melarangnya.
Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari
belakang.. ohhhh… gila pikirku… enak banget, pacarku saja
ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus
menjilati memekku
“Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana” rintihku… Tanpa
menjawab dia terus menjilati memekku dan meremas remas
bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan
bagian dalam memekku gatal sekali…
Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku..
“Udah panas kak” katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan
memukul-mukul kepala kontolnya kepantatku….
“udah….” kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah
adikku…
“Jangan bilang siapa-siapa yah dik” kataku.
Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya
yang besar… dia kesulitan…
“Mana lubangnya kak..” katanya.
Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam
kontolnya dan menuntun ke mulut goaku…
“Ini dik” kataku begitu tepat di depannya, “gesek-gesek aja
yah dik”.
“Masukin dikit aja kak” katanya menekan kontolnya.
“aw… dik, gede banget sih” kataku, “pelan-pelan….”.
Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku
pelan-pelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit
sedikit… tapi tidak sampai lepas… terus ia lakukan sampai
membuat aku gemas….
“Oh.. dik…. enak…. dik…. udah yah…” kataku
pura-pura…..
“Belum kak…. baru kepalanya udah enak yah….”
“Memang bisa lebih enak…???” kataku menantang.
Dan…. langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya
yang besar amblas ditelan memekku”
Aku merasakan perih luar biasa dan “aw…. sakit dik…”
teriakku.
Adikku menahan batangnya didalam memekku ….
“Oh…kak…nikmat banget…..” dan secara perlahan dia
menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luar
biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga
adikku…
“Oh, kak… nikmat banget memekmu..” katanya.
“Ssssshhhh… ia dik… enak banget” kataku.
Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku
merasakan orgasme yang sangat panjang dan nikmat disusul
erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya
maksimum.
“Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget…” katanya
Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut
kontolnya di memekku…
“Ma kasih kak” katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku
lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis.
Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali
diri.. “kenapa adikku????”
Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas
perbuatannya di ruangan sauna… Aku hanya bisa berdiam
merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi…
Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena
dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila
lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari
semalam.
Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada
seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah.
Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku.
Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari
adikku.. karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila
bersetubuh dengan adikku.
Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan
adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak
aku juga sangat ketagihan permainan seks
Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22
tahun dan adikku berusia 18 tahun.
Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut
suaminya, sedangkan aku dan adikku tinggal bersama orang tua
kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat
badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian
pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku
yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang
berjalan keluar rumah.
Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia
adalah kakak kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah
2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan
petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap…..
Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting,
tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami
menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara
swalayan, yaitu mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa
menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik
melakukannya.
Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan
belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak
dibelai rasanya tersiksa sekali… entah kenapa aku jadi
ketagihan… Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan
tanganku sendiri dikamarku sendiri. Sering aku meraba-raba
payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai aku
orgasme.
Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini
adikku John sering mengintip aku… ini aku ketahui setelah
dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya
sendiri.
Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke
supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak
maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai
celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya
naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku,
sedangkan mamaku memangku belanjaan. Diperjalanan yang hanya
500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan
sesuatu bergerak-gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol
adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku
membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan.
Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan
dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang
sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya.
Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan
tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku
berusaha bersikap biasa.
Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku…
Aku sangat terangsang sekali… dia meraba dan membelai-belai
tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana
dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan
kontolnya ke memekku. Tentu saja aku keberatan, walaupun aku
sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan
keperawananku. Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk
tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah berteriak minta
tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung
menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku
ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku
lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku
melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai
pakaiannya dan pamit pulang.
Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan
teman-teman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang
sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya,
tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.
Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku
berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku
menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga
bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan
setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhku. Ketika
kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin
merasakan tubuhku juga… dia menjawab:
“Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga
lelaki” aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku
berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak,
“emang adik pernah nyobain cewe?” dia bilang “ya, belum
kak”…. itulah percakapan awal bencana itu.
Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau
merindukan belaiannya… lalu aku mulai meraba-raba tubuhku
sendiri… tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku
inginkan… sekilas aku membayangkan adikku… lalu aku
memutuskan untuk mengintip ke kamarnya… Malam itu aku
mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari
lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget
sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana
dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani,
aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku,
gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku… Dan
yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan
namaku… Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan
marah… aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa
yang baru saja aku saksikan.
Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan
adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi
pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia
sangat senang aku dating… ditariknya aku ke kamarnya dan kami
langsung bercumbu… saling cium saling hisap dan
perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya
kami telanjang bulat. Gilanya begitu aku melihat kontolnya,
aku terbayang kontol adikku yang jauh lebih besar darinya…
sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan
terpaksa aku melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan
mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku.
“Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya” lalu dia mula
menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu kontolnya
mencari-cari lubang memekku… begitu unjung kontolnya nempel
dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah
langsung orgasme, air maninya belepotan diatas memekku…
“Ohhhhh…” katanya.
Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi
ke memekku. Tentu saja aku sangat kecewa, karena libidoku
masih sangat tinggi.
“Puaskan aku dong… aku kan belum…” rengekku tanpa
malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku…
“Maaf, aku harus buru-buru ada janji dengan sisca” katanya
tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun. Aku menyembunyikan
kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah
ketika keluar dari rumahnya.
Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku
untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekali
lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan sampai
setiap orang di bis.
Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke
sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku langsung
menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan
libidoku dengan cara berolah raga.
Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai
berenang dan puncaknya kami mandi sauna. Karena sport club
tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar
denganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang “kak, baju
renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga
keluar, percuma sauna”
“Abis pake apa” timpalku, “aku ngga punya baju lagi”
“Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka”
katanya
Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan
menganti baju renangku dengan BH dan celana dalam, sialnya aku
memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku
tadi… Tapi “ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku
telanjang juga”.
Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang
sangat berani… kulihat dia berkali-kali menelan ludah, aku
pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya
sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat
segalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku… adikku
terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku
sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku
onani dan yang membuat libidoku malah memuncak adalah kepala
kontolnya muncul diatas celana renangnya.
Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke
bagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku
melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi
pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan.
Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku
memulainya dengan berkata:
“Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu”
“Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe
bahenol” katanya
“Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik” kataku
lebih berani
“Iya yah…” katanya sambil berdiri dan membuka celananya…
Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku
melihat batang kemaluan adikku yang begitu besar.
Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke
tempatnya.
“Kenapa dimatiin” kataku
“Udah cukup panas kak” katanya
Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali
duduk, kami saling memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba
cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti dinding
memekku, apalagi melihat kontol adikku.
Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak
keluar, tapi adikku malah mencegahku “nanti kak”.
“Kan udah saunanya ” timpalku, aku sangat kaget dia berada
tepat di depanku dengan kontol mengacung ke arahku, antara
takut dan ingin.
“Kakak udah pernah gituan belum kak” kata adikku
“Belum” kataku, “emang kamu udah..?” lanjutku
“Belum juga kak, tapi pengen nyoba” katanya
“Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya” kataku berbalik
kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku
memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku
yang besar menempel di kontolnya.
Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah
adikku. Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku dan
menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup
G-string.
“Oh kak…. bahenol sekali, aku pengen nyobain kak” katanya
dengan nafas memburu.
“Aw… dik ngapain kamu” timpalku tanpa berusaha merubah
posisiku, karena memang aku juga menginginkannya.
“Pengen ngentot kakak” katanya kasar sambil menekan batangnya
kepantatku.
Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, “Aku kan
kakakm John, inget dong”
Adikku tetap memegang pinggulku “tolong kak.. asal nempel
aja.. nga usah dimasukkin, aku ngga tahan banget”
“Tolong kak,” katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau
kak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak”.
Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan
tadi pagi.. dan membayangkan pacarku menunggangi sisca,
libidoku tambah naik..
“Persetan dengan pacar brengsek” batinku.
“Jangan disini” pintaku.
“Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit” katanya meremas
pinggulku.
“Kakak belum siap” kataku.
“Kakak nungging aja, nanti aku panasin” katanya.
Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang
grendel pintu, aku menungginginya dan dengam pelan-pelan dia
membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan dia jongkok di
belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat
memeku dari belakang…
“Oh… ngapain kamu dik…” kataku tanpa melarangnya.
Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari
belakang.. ohhhh… gila pikirku… enak banget, pacarku saja
ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus
menjilati memekku
“Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana” rintihku… Tanpa
menjawab dia terus menjilati memekku dan meremas remas
bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan
bagian dalam memekku gatal sekali…
Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku..
“Udah panas kak” katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan
memukul-mukul kepala kontolnya kepantatku….
“udah….” kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah
adikku…
“Jangan bilang siapa-siapa yah dik” kataku.
Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya
yang besar… dia kesulitan…
“Mana lubangnya kak..” katanya.
Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam
kontolnya dan menuntun ke mulut goaku…
“Ini dik” kataku begitu tepat di depannya, “gesek-gesek aja
yah dik”.
“Masukin dikit aja kak” katanya menekan kontolnya.
“aw… dik, gede banget sih” kataku, “pelan-pelan….”.
Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku
pelan-pelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit
sedikit… tapi tidak sampai lepas… terus ia lakukan sampai
membuat aku gemas….
“Oh.. dik…. enak…. dik…. udah yah…” kataku
pura-pura…..
“Belum kak…. baru kepalanya udah enak yah….”
“Memang bisa lebih enak…???” kataku menantang.
Dan…. langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya
yang besar amblas ditelan memekku”
Aku merasakan perih luar biasa dan “aw…. sakit dik…”
teriakku.
Adikku menahan batangnya didalam memekku ….
“Oh…kak…nikmat banget…..” dan secara perlahan dia
menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luar
biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga
adikku…
“Oh, kak… nikmat banget memekmu..” katanya.
“Ssssshhhh… ia dik… enak banget” kataku.
Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku
merasakan orgasme yang sangat panjang dan nikmat disusul
erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya
maksimum.
“Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget…” katanya
Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut
kontolnya di memekku…
“Ma kasih kak” katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku
lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis.
Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali
diri.. “kenapa adikku????”
Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas
perbuatannya di ruangan sauna… Aku hanya bisa berdiam
merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi…
Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena
dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila
lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari
semalam.
Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada
seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah.
Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku.
Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari
adikku.. karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila
bersetubuh dengan adikku.
Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan
adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak
aku juga sangat ketagihan permainan seks
MERTUA KU
Aku benar-benar jadi ketagihan berhubungan sex dengan wanita-wanita
yang umurnya jauh lebih tua dariku. Hubungan cintaku dengan Ibu mertuaku
masih terus berlanjut sampai saat ini. Jika aku sudah sangat rindu akan
tubuh Ibu mertuaku, aku menelpon Ibu mertuaku, kami janjian untuk
bertemu di salah satu hotel, yang lokasinya dekat dengan bandara.
Pagi pagi sekali aku berangkat, setelah kami berjumpa, kami tumpahkan semua rasa rindu kami, sehari penuh kami tidak keluar kamar mengejar sejuta kenikmatan.
Aku dan Ibu mertuaku benar benar memanfaatkan waktuku yang singkat, karena sore harinya aku harus segera kembali ke Jakarta. Saat menunggu dibandara, jika birahi ku datang, aku dan Ibu mertuaku masuk ke toilet bandara yang cukup sepi. Langsung kusingkap roknya, kuturunkan CDnya, kuturunkan celana dan CD ku sebatas lutut, dari belakang langsung kutancapkan kontolku kelubang memek Ibu mertuaku, kogoyang maju mundur pantatku dengan sangat cepat, agar secepat mungkin kami raih kenikmatan. Mungkin aku sudah gila, aku jatuh cinta sama Ibu mertuaku sendiri.
Banyak diantara pembaca sekalian yang bertanya tanya tentang hubungan sexku dengan Indri istriku? Dalam hubungan sex, Indri, tidaklah sehebat ibunya, dalam bercinta istriku tidak suka dengan gaya yang aneh aneh. Bahkan Untuk melakukan oral sex saja, Indri enggan melakukannya, jijik, katanya.
Dalam berhubungan badan, aku dan Indri lebih banyak mengunakan gaya konvensional dalam bercinta. Apalagi Indri istriku termasuk wanita karier yang cukup berhasil, kadang kadang disaat aku ingin bersetubuh istriku sering menolaknya, capek sekali, katanya.
Tapi bukan itu yang menjadi alasan aku harus selingkuh dengan ibunya atau dengan wanita setengah baya lainnya. Aku bangga akan istriku.
Hanya saja, dengan Indri semua fantasi sexku tidak pernah kesampaian, terlalu monoton, Dengan Ibu mertuaku atau dengan wanita setengah baya lainnya yang pernah kusetubuhi, aku bebas berexpresi, dan fantasi sexualku juga bisa terpenuhi.
Dengan mereka, aku benar benar merasakan kepuasan sexual yang luar biasa.
Sekarang aku akan melanjutkan ceritaku, tentang hubunganku dengan Ibu Mila, setelah persetubuhan kami yang pertama.
*****
Saat keesokan harinya, ketika aku sudah tiba dikantor, aku hanya senyum senyum sendiri membayangkan Ibu Mila atasanku, orang yang begitu ditakuti dikantorku ini, akhirnya menyerah pasrah dalam pelukanku, memohon mohon agar ladangnya segera dicangkul dan sirami oleh air kehidupan yang begitu nikmat. Aku hanya tersenyum sendiri kalau mengingat apa yang terjadi semalam antara aku dengan Ibu Mila.
Aku benar benar menunggu kedatangan orang yang paling berpengaruh dikantorku, dan ingin sekali melihat reaksi dan expresi Ibu Mila kepadaku. Setelah lewat setengah jam, Ibu mila belum Muncul juga. Dari Yena, sekretaris Ibu Mila aku tahu, bahwa hari ini Ibu Mila tidak masuk kantor karena kurang enak badan. Banyak teman teman yang tersenyum lepas, karena bisa bebas bekerja tanpa perlu ada yang ditakuti.
Cuma aku yang tidak senang atas peristiwa ini, karena aku ingin sekali melihat expresi wajah Ibu Mila. Ya sudahlah Akupun sibuk dan larut dengan pekerjaanku. Tanpa terasa sudah jam sepuluh pagi, tiba tiba aku dikejutkan oleh suara dering Hpku, tanda bahwa ada pesan yang masuk. Aku lihat ternyata Ibu Mila yang mengirim pesan, segera kubaca isi pesan tersebut.
“Pento.., kamu lumayan juga diatas ranjang, jadi wajar, kalau Ibu mertuamu sampai hamil. Hari ini saya nggak masuk kerja, saya tunggu kamu dirumah saya, jam satu siang. Minta izin sama Siska bilang saja kamu sakit.
Mila.”..
Uh dasar.. Bos, Sudah jelas jelas Ibu Mila kubuat KO di atas ranjang, masih bilang aku hanya lumayan. Tapi aku bersyukur juga, berarti hari ini aku bisa mengentot Ibu Mila lagi. Langsung terbayang semua kenikmatan yang akan kuperoleh dari tubuh gendut Ibu Mila.
Dengan alasan kurang enak badan, akupun izin untuk istirahat pulang, kutelpon taksi, saat taksi sudah datang, akupun langsung cabut dari kantorku menuju rumah Ibu Mila.
Setelah mendapat SMS dari Ibu Mila, aku begitu penuh semangat, hari ini aku ingin membuat Ibu Mila mengemis dan mohon ampun padaku. Cuma aku sadar, kemampuan sexku tidaklah terlalu hebat. Nggak mungkinlah, aku bisa kuat ngentot berjam jam. Untuk menambah stamina dan daya tahan sex ku, aku mampir ke salah satu toko yang menjual obat kuat, dari uang yang diberikan Ibu Mila kepadaku, aku beli beberapa butir obat kuat yang cukup ampuh. Didalam taksi langsung aku minum sebutir. Haa.. ha.. rasakan nanti, batinku.
Jam satu kurang, aku sudah tiba dirumah Ibu Mila, Kupencet bell dengan perasaan berdebar. Saat pintu gerbang terbuka kulihat Agus, satpam penjaga rumah Ibu Mila membukakan pintu.
“Eh.., Bapak Pento Silahkan masuk Pak, Ibu sudah menunggu Bapak di dalam”.
“Terima kasih Pak”, jawabku.
Akupun masuk kedalam, jauh juga jarak dari pintu gerbang sampai kepintu rumah Ibu Mila. Kulihat Ibu Mila sudah menunggu diteras rumahnya dan melambaikan tangannya.
“Hai, kamu datang juga.., aku pikir kamu nggak datang”, sapa Ibu Mila.
“Aku pasti datang Bu, kalau tidak datang, bisa-bisa rahasiaku terbongkar”, candaku.
“Ayo masuk, kamu sudah makan siang belum? Kita makan sama sama, hari ini Ibu sudah pesankan makanan untuk kita berdua. Spesial buat kamu dan Ibu”.
“Mmm.. ramah sekali Ibu Mila hari ini”, batinku.
Aku dan Ibu Mila masuk kedalam ruangan yang begitu besar, sepertinya kamar tidur Ibu Mila. Di dekat jendela yang menghadap kearah kolam renang, aku melihat sebuah meja kecil yang sudah ditata rapi, dengan nyala lilin dan sebotol wine, romantis sekali.
Aku dan Ibu Mila duduk berhadapan, Ibu Mila begiti lemah lembut, kamipun makan siang bersama, dalam suasana kamar yang begitu romantis.
“Boleh saya merokok disini Bu?”
“Silakan Pento, dulu almarhum suami Ibu juga seorang perokok”, jawab Ibu Mila.
“Kamu mau Minum wine?”, tanya Ibu Mila.
Kemudian Ibu Mila memberikan segelas wine untukku, kami terus berbicara sambil menghabiskan minuman kami.
Kupeluk tubuh Ibu Mila dari belakang saat Ibu Mila berdiri dijendela memandang keluar, Kucium dengan lembut wajahnya, bibirnya, burungku yang menempel tepat di belahan pantat Ibu Milapun sudah tegak berdiri, sampai sakit sekali rasanya, mungkin pengaruh obat kuat yang sudah aku minum.
“Pento, Sebenarnya Ibu mau mengajak kamu makan malam disuatu tempat yang romantis sekali, Cuma Ibu tahu, kamu tidak punya banyak waktu kalau malam hari jadi Ibu ajak kamu makan siang di sini, dikamar Ibu, dan sengaja suasananya Ibu buat seperti ini, agar tetap terkesan romantis”
“Terima kasih Bu, Ibu baik sekali”. Jawabku
“Kamu tahu Pen? Ini kamar tidur Ibu dan almarhum Bapak, kamu lelaki kedua setelah almahum Bapak, yang boleh masuk di kamar ini. Ibu sudah lama suka sama kamu, Cuma Ibu nggak yakin, melihat gayamu yang cool, apa iya kamu mau sama Ibu?, Untung Ibu mendengar pembicaraan kamu dan Ibu mertuamu, yah terpaksa Ibu harus mainkan siasat, untuk mendapatkan kamu”.
“Pento kamu maukan, hari ini, kamu bercinta dengan Ibu tanpa merasa terpaksa”.
Aku tersenyum dan kupandangi wajah Ibu Mila, aku merasa bangga sekali, kupeluk lebih erat lagi tubuh Ibu Mila. Tubuhku sudah panas rasanya, Ibu Mila berbalik, kami sudah saling berhadapan. Kupandangi wajah Ibu Mila, cantik sekali, kukecup lembut bibir Ibu Mila, kami berdua sudah saling melumat. Lama sekali kami berciuman, ditambah lagi suasana yang begitu romantis menambah tinggi gairah kami berdua.
Kulepas pakaian yang di kenakan Ibu Mila, kuciumi lehernya, Ibu Mila mendesah menikmati cumbuan yang aku berikan, kubuka Bh nya, kuremas dengan lembut tetek Ibu Mila. Ciumanku terus turun kearah buah dadanya, kujilati dan kuhisap tetek Ibu Mila, Ibu Milapun semakin mengeliat dan semakin keras desahannya.
“Uh.. Pento.. Terus hisap sayang.. Uhh.. Enak.. Pen.”..
setelah puas bermain main di buah dada Ibu Mila ciumankupun turun keperutnya. Kujilati pusarnya sambil tanganku berusaha melepas celana dalam Ibu Mila, yang merupakan penutup terakhir di tubuhnya. Masih dalam posisi berdiri kujilati memek Ibu Mila, kuhisap semua lendir yang keluar, dendam yang tadinya begitu mengebu gebu hilang sudah, aku begitu lembut memperlakukan Ibu Mila.
“Ah.. pento.. nikmat sekali sayang, buka pakaianmu sayang”.
Jari jemari tangan Ibu Mila dengan lincah melepas kancing pakaianku. Satu persatu pakaian yang kukenakan terlepas sudah. Akhirnya kami berdua sudah telanjang bulat. Dihisapnya puting dadaku, sambil tangan Ibu Mila meremas remas kontolku yang sudah sangat tegak berdiri.
“Pento aku ingin kita melakukannya di tempat tidur, puaskan aku sayang”.
Kami berdua berjalan menuju kepembaringan, tangan Ibu Mila terus memegangi kontolku. Tubuhku direbahkan diatas pembaringan, kemudian kontolku di kulum dengan lembut, nikmat sekali kuluman Ibu Mila.
“Oh.. Pento Ibu sudah tidak tahan lagi.. Ibu masukin ya sayang.”..
Kemudian Ibu Mila menaiki tubuhku, digemgamnya kontolku dan diarahkan ke lubang memeknya, perlahan lahan sekali Ibu Mila menurunkan pantatnya, mili demi mili batang kontolku masuk meluncur ke lubang memek Ibu Mila yang sangat basah sekali.
“Ahh.”., rintih kami berdua, saat kontolku masuk semua terbenam didalam lubang memek Ibu Mila.
Aku lihat Ibu Mila memejamkan mata dan mengigit bibirnya menikmati sensasi yang begitu indah. Ibu Mila mengangkat pantatnya dengan perlahan sekali, menikmati gesekan batang kontolku dengan dinding memeknya, kemudian diturunkan kembali dengan sangat perlahan. semakin lama goyangan naik turun pantat Ibu Mila semakin cepat.
“Akkhh.. Pento.. ampun.. enak sekali sayang.. kontolmu enak sekali sayang”.
Ibu Mila terus menjerit mendesah berteriak menikmati sensasi nikmat dari pertemuan batang kontolku dengan lubang memeknya. Kontolku yang begitu tegak perkasa terus menerus menerima gesekan demi gesekan dari lubang memek Ibu Mila.
“Iya.. Bu, aku juga nikmat goyang terus Bu”.
Kuremas tetek Ibu Mila, aku angkat badanku kuhisap teteknya, goyangan pinggul Ibu Mila makin menggila dan terkendali.
Jujur saja, kalau bukan karena pengaruh obat kuat yang aku minum, Mungkin aku sudah ejakulasi, dan sudah tidak sanggup lagi bertahan mengimbangi goyangan pantat Ibu Mila yang begitu liar.
“Oh.. Pento.. Ibu.. sudah nggak sanggup lagi.., Ibu mau keluuarr”.
“Ayo.. Bu.. keluarin semuanya Bu.. Nikmatin.. Bu.”..
Kuhisap dengan kuat tetek Ibu Mila, dan Ibu Milapun makin mempercepat goyangan pinggulnya menanti saat saat datangnya orgasme.
“Pentoo.. Arrgghh.”., jerit Ibu Mila, memek Ibu Mila dengan kuat mencengkram batang kontolku.
Sungguh menyesal aku meminum obat kuat, padahal saat seperti inilah, saat yang paling nikmat untuk secara bersamaan melepaskan orgame yang sudah tertahan. Namun kalau aku tidak meminumnya, aku juga tidak tahu apakah aku sanggup bertahan dari serangan dan goyangan pantat Ibu Mila.
Dipeluknya aku dengan erat sekali.
“Hu.. hu.. hu.”., Ibu Mila menangis.
Aku peluk tubuh nya dengan erat. Kurebahkan badanku, Ibu Mila ikut rebah sambil terus memelukku. Kubiarkan Ibu Mila menikmati orgasmenya.
Kukecup kening Ibu Mila, ku belai rambutnya dengan penuh kasih sayang, sementara kontolku masih terus terbenam di dalam lubang memek Ibu Mila.
“Enak sayang”, Tanyaku
“Enak sekali Pen, dasyat sekali rasanya” jawab Ibu Mila lirih.
“Kamu sudah keluar Pento?”.
“Belum Bu, tidak apa apa, yang penting Ibu puas”, Jawabku.
“Ibu lemas sekali Pento, kasihan kamu belum keluar”.
“Tidak apa-apa Bu, Ibu istirahat dulu, nanti kita lanjutkan lagi, toh waktu kita masih panjang”, jawabku.
Ibu Mila mengangkat tubuhnya dan langung menghempaskannya kembali disampingku. Kontolku masih tegak berdiri, sama sekali belum terlihat tanda tanda hendak memuntahkan isinya. Ibu Mila merebahkan kepalanya didadaku, kupeluk tubuh Ibu Mila, sambil kubelai belai ramutnya. Akhirnya Ibu Milapun tertidur.
Kupandangi wajahnya, ada senyum kepuasan disana. Seandainya saja dendamku belum hilang mungkin aku tidak peduli apakah Ibu Mila lelah atau tidak, pasti sudah kutancapkan kembali kontolku yang masih tegak berdiri kelubang memek Ibu Mila sampai Ia minta ampun dan memohon mohon padaku.
Hari itu sampai jam sepuluh malam Aku dan Ibu Mila benar benar menghabiskan waktu kami hanya untuk bersetubuh meraih kenikmatan demi kenikmatan. Kami berdua melakukannya dengan penuh perasaan.
Ternyata di balik ketegaran yang diperlihatkanya dikantor, Ibu Mila tetaplah seorang wanita yang butuh perhatian dan kasih sayang.
Pagi pagi sekali aku berangkat, setelah kami berjumpa, kami tumpahkan semua rasa rindu kami, sehari penuh kami tidak keluar kamar mengejar sejuta kenikmatan.
Aku dan Ibu mertuaku benar benar memanfaatkan waktuku yang singkat, karena sore harinya aku harus segera kembali ke Jakarta. Saat menunggu dibandara, jika birahi ku datang, aku dan Ibu mertuaku masuk ke toilet bandara yang cukup sepi. Langsung kusingkap roknya, kuturunkan CDnya, kuturunkan celana dan CD ku sebatas lutut, dari belakang langsung kutancapkan kontolku kelubang memek Ibu mertuaku, kogoyang maju mundur pantatku dengan sangat cepat, agar secepat mungkin kami raih kenikmatan. Mungkin aku sudah gila, aku jatuh cinta sama Ibu mertuaku sendiri.
Banyak diantara pembaca sekalian yang bertanya tanya tentang hubungan sexku dengan Indri istriku? Dalam hubungan sex, Indri, tidaklah sehebat ibunya, dalam bercinta istriku tidak suka dengan gaya yang aneh aneh. Bahkan Untuk melakukan oral sex saja, Indri enggan melakukannya, jijik, katanya.
Dalam berhubungan badan, aku dan Indri lebih banyak mengunakan gaya konvensional dalam bercinta. Apalagi Indri istriku termasuk wanita karier yang cukup berhasil, kadang kadang disaat aku ingin bersetubuh istriku sering menolaknya, capek sekali, katanya.
Tapi bukan itu yang menjadi alasan aku harus selingkuh dengan ibunya atau dengan wanita setengah baya lainnya. Aku bangga akan istriku.
Hanya saja, dengan Indri semua fantasi sexku tidak pernah kesampaian, terlalu monoton, Dengan Ibu mertuaku atau dengan wanita setengah baya lainnya yang pernah kusetubuhi, aku bebas berexpresi, dan fantasi sexualku juga bisa terpenuhi.
Dengan mereka, aku benar benar merasakan kepuasan sexual yang luar biasa.
Sekarang aku akan melanjutkan ceritaku, tentang hubunganku dengan Ibu Mila, setelah persetubuhan kami yang pertama.
*****
Saat keesokan harinya, ketika aku sudah tiba dikantor, aku hanya senyum senyum sendiri membayangkan Ibu Mila atasanku, orang yang begitu ditakuti dikantorku ini, akhirnya menyerah pasrah dalam pelukanku, memohon mohon agar ladangnya segera dicangkul dan sirami oleh air kehidupan yang begitu nikmat. Aku hanya tersenyum sendiri kalau mengingat apa yang terjadi semalam antara aku dengan Ibu Mila.
Aku benar benar menunggu kedatangan orang yang paling berpengaruh dikantorku, dan ingin sekali melihat reaksi dan expresi Ibu Mila kepadaku. Setelah lewat setengah jam, Ibu mila belum Muncul juga. Dari Yena, sekretaris Ibu Mila aku tahu, bahwa hari ini Ibu Mila tidak masuk kantor karena kurang enak badan. Banyak teman teman yang tersenyum lepas, karena bisa bebas bekerja tanpa perlu ada yang ditakuti.
Cuma aku yang tidak senang atas peristiwa ini, karena aku ingin sekali melihat expresi wajah Ibu Mila. Ya sudahlah Akupun sibuk dan larut dengan pekerjaanku. Tanpa terasa sudah jam sepuluh pagi, tiba tiba aku dikejutkan oleh suara dering Hpku, tanda bahwa ada pesan yang masuk. Aku lihat ternyata Ibu Mila yang mengirim pesan, segera kubaca isi pesan tersebut.
“Pento.., kamu lumayan juga diatas ranjang, jadi wajar, kalau Ibu mertuamu sampai hamil. Hari ini saya nggak masuk kerja, saya tunggu kamu dirumah saya, jam satu siang. Minta izin sama Siska bilang saja kamu sakit.
Mila.”..
Uh dasar.. Bos, Sudah jelas jelas Ibu Mila kubuat KO di atas ranjang, masih bilang aku hanya lumayan. Tapi aku bersyukur juga, berarti hari ini aku bisa mengentot Ibu Mila lagi. Langsung terbayang semua kenikmatan yang akan kuperoleh dari tubuh gendut Ibu Mila.
Dengan alasan kurang enak badan, akupun izin untuk istirahat pulang, kutelpon taksi, saat taksi sudah datang, akupun langsung cabut dari kantorku menuju rumah Ibu Mila.
Setelah mendapat SMS dari Ibu Mila, aku begitu penuh semangat, hari ini aku ingin membuat Ibu Mila mengemis dan mohon ampun padaku. Cuma aku sadar, kemampuan sexku tidaklah terlalu hebat. Nggak mungkinlah, aku bisa kuat ngentot berjam jam. Untuk menambah stamina dan daya tahan sex ku, aku mampir ke salah satu toko yang menjual obat kuat, dari uang yang diberikan Ibu Mila kepadaku, aku beli beberapa butir obat kuat yang cukup ampuh. Didalam taksi langsung aku minum sebutir. Haa.. ha.. rasakan nanti, batinku.
Jam satu kurang, aku sudah tiba dirumah Ibu Mila, Kupencet bell dengan perasaan berdebar. Saat pintu gerbang terbuka kulihat Agus, satpam penjaga rumah Ibu Mila membukakan pintu.
“Eh.., Bapak Pento Silahkan masuk Pak, Ibu sudah menunggu Bapak di dalam”.
“Terima kasih Pak”, jawabku.
Akupun masuk kedalam, jauh juga jarak dari pintu gerbang sampai kepintu rumah Ibu Mila. Kulihat Ibu Mila sudah menunggu diteras rumahnya dan melambaikan tangannya.
“Hai, kamu datang juga.., aku pikir kamu nggak datang”, sapa Ibu Mila.
“Aku pasti datang Bu, kalau tidak datang, bisa-bisa rahasiaku terbongkar”, candaku.
“Ayo masuk, kamu sudah makan siang belum? Kita makan sama sama, hari ini Ibu sudah pesankan makanan untuk kita berdua. Spesial buat kamu dan Ibu”.
“Mmm.. ramah sekali Ibu Mila hari ini”, batinku.
Aku dan Ibu Mila masuk kedalam ruangan yang begitu besar, sepertinya kamar tidur Ibu Mila. Di dekat jendela yang menghadap kearah kolam renang, aku melihat sebuah meja kecil yang sudah ditata rapi, dengan nyala lilin dan sebotol wine, romantis sekali.
Aku dan Ibu Mila duduk berhadapan, Ibu Mila begiti lemah lembut, kamipun makan siang bersama, dalam suasana kamar yang begitu romantis.
“Boleh saya merokok disini Bu?”
“Silakan Pento, dulu almarhum suami Ibu juga seorang perokok”, jawab Ibu Mila.
“Kamu mau Minum wine?”, tanya Ibu Mila.
Kemudian Ibu Mila memberikan segelas wine untukku, kami terus berbicara sambil menghabiskan minuman kami.
Kupeluk tubuh Ibu Mila dari belakang saat Ibu Mila berdiri dijendela memandang keluar, Kucium dengan lembut wajahnya, bibirnya, burungku yang menempel tepat di belahan pantat Ibu Milapun sudah tegak berdiri, sampai sakit sekali rasanya, mungkin pengaruh obat kuat yang sudah aku minum.
“Pento, Sebenarnya Ibu mau mengajak kamu makan malam disuatu tempat yang romantis sekali, Cuma Ibu tahu, kamu tidak punya banyak waktu kalau malam hari jadi Ibu ajak kamu makan siang di sini, dikamar Ibu, dan sengaja suasananya Ibu buat seperti ini, agar tetap terkesan romantis”
“Terima kasih Bu, Ibu baik sekali”. Jawabku
“Kamu tahu Pen? Ini kamar tidur Ibu dan almarhum Bapak, kamu lelaki kedua setelah almahum Bapak, yang boleh masuk di kamar ini. Ibu sudah lama suka sama kamu, Cuma Ibu nggak yakin, melihat gayamu yang cool, apa iya kamu mau sama Ibu?, Untung Ibu mendengar pembicaraan kamu dan Ibu mertuamu, yah terpaksa Ibu harus mainkan siasat, untuk mendapatkan kamu”.
“Pento kamu maukan, hari ini, kamu bercinta dengan Ibu tanpa merasa terpaksa”.
Aku tersenyum dan kupandangi wajah Ibu Mila, aku merasa bangga sekali, kupeluk lebih erat lagi tubuh Ibu Mila. Tubuhku sudah panas rasanya, Ibu Mila berbalik, kami sudah saling berhadapan. Kupandangi wajah Ibu Mila, cantik sekali, kukecup lembut bibir Ibu Mila, kami berdua sudah saling melumat. Lama sekali kami berciuman, ditambah lagi suasana yang begitu romantis menambah tinggi gairah kami berdua.
Kulepas pakaian yang di kenakan Ibu Mila, kuciumi lehernya, Ibu Mila mendesah menikmati cumbuan yang aku berikan, kubuka Bh nya, kuremas dengan lembut tetek Ibu Mila. Ciumanku terus turun kearah buah dadanya, kujilati dan kuhisap tetek Ibu Mila, Ibu Milapun semakin mengeliat dan semakin keras desahannya.
“Uh.. Pento.. Terus hisap sayang.. Uhh.. Enak.. Pen.”..
setelah puas bermain main di buah dada Ibu Mila ciumankupun turun keperutnya. Kujilati pusarnya sambil tanganku berusaha melepas celana dalam Ibu Mila, yang merupakan penutup terakhir di tubuhnya. Masih dalam posisi berdiri kujilati memek Ibu Mila, kuhisap semua lendir yang keluar, dendam yang tadinya begitu mengebu gebu hilang sudah, aku begitu lembut memperlakukan Ibu Mila.
“Ah.. pento.. nikmat sekali sayang, buka pakaianmu sayang”.
Jari jemari tangan Ibu Mila dengan lincah melepas kancing pakaianku. Satu persatu pakaian yang kukenakan terlepas sudah. Akhirnya kami berdua sudah telanjang bulat. Dihisapnya puting dadaku, sambil tangan Ibu Mila meremas remas kontolku yang sudah sangat tegak berdiri.
“Pento aku ingin kita melakukannya di tempat tidur, puaskan aku sayang”.
Kami berdua berjalan menuju kepembaringan, tangan Ibu Mila terus memegangi kontolku. Tubuhku direbahkan diatas pembaringan, kemudian kontolku di kulum dengan lembut, nikmat sekali kuluman Ibu Mila.
“Oh.. Pento Ibu sudah tidak tahan lagi.. Ibu masukin ya sayang.”..
Kemudian Ibu Mila menaiki tubuhku, digemgamnya kontolku dan diarahkan ke lubang memeknya, perlahan lahan sekali Ibu Mila menurunkan pantatnya, mili demi mili batang kontolku masuk meluncur ke lubang memek Ibu Mila yang sangat basah sekali.
“Ahh.”., rintih kami berdua, saat kontolku masuk semua terbenam didalam lubang memek Ibu Mila.
Aku lihat Ibu Mila memejamkan mata dan mengigit bibirnya menikmati sensasi yang begitu indah. Ibu Mila mengangkat pantatnya dengan perlahan sekali, menikmati gesekan batang kontolku dengan dinding memeknya, kemudian diturunkan kembali dengan sangat perlahan. semakin lama goyangan naik turun pantat Ibu Mila semakin cepat.
“Akkhh.. Pento.. ampun.. enak sekali sayang.. kontolmu enak sekali sayang”.
Ibu Mila terus menjerit mendesah berteriak menikmati sensasi nikmat dari pertemuan batang kontolku dengan lubang memeknya. Kontolku yang begitu tegak perkasa terus menerus menerima gesekan demi gesekan dari lubang memek Ibu Mila.
“Iya.. Bu, aku juga nikmat goyang terus Bu”.
Kuremas tetek Ibu Mila, aku angkat badanku kuhisap teteknya, goyangan pinggul Ibu Mila makin menggila dan terkendali.
Jujur saja, kalau bukan karena pengaruh obat kuat yang aku minum, Mungkin aku sudah ejakulasi, dan sudah tidak sanggup lagi bertahan mengimbangi goyangan pantat Ibu Mila yang begitu liar.
“Oh.. Pento.. Ibu.. sudah nggak sanggup lagi.., Ibu mau keluuarr”.
“Ayo.. Bu.. keluarin semuanya Bu.. Nikmatin.. Bu.”..
Kuhisap dengan kuat tetek Ibu Mila, dan Ibu Milapun makin mempercepat goyangan pinggulnya menanti saat saat datangnya orgasme.
“Pentoo.. Arrgghh.”., jerit Ibu Mila, memek Ibu Mila dengan kuat mencengkram batang kontolku.
Sungguh menyesal aku meminum obat kuat, padahal saat seperti inilah, saat yang paling nikmat untuk secara bersamaan melepaskan orgame yang sudah tertahan. Namun kalau aku tidak meminumnya, aku juga tidak tahu apakah aku sanggup bertahan dari serangan dan goyangan pantat Ibu Mila.
Dipeluknya aku dengan erat sekali.
“Hu.. hu.. hu.”., Ibu Mila menangis.
Aku peluk tubuh nya dengan erat. Kurebahkan badanku, Ibu Mila ikut rebah sambil terus memelukku. Kubiarkan Ibu Mila menikmati orgasmenya.
Kukecup kening Ibu Mila, ku belai rambutnya dengan penuh kasih sayang, sementara kontolku masih terus terbenam di dalam lubang memek Ibu Mila.
“Enak sayang”, Tanyaku
“Enak sekali Pen, dasyat sekali rasanya” jawab Ibu Mila lirih.
“Kamu sudah keluar Pento?”.
“Belum Bu, tidak apa apa, yang penting Ibu puas”, Jawabku.
“Ibu lemas sekali Pento, kasihan kamu belum keluar”.
“Tidak apa-apa Bu, Ibu istirahat dulu, nanti kita lanjutkan lagi, toh waktu kita masih panjang”, jawabku.
Ibu Mila mengangkat tubuhnya dan langung menghempaskannya kembali disampingku. Kontolku masih tegak berdiri, sama sekali belum terlihat tanda tanda hendak memuntahkan isinya. Ibu Mila merebahkan kepalanya didadaku, kupeluk tubuh Ibu Mila, sambil kubelai belai ramutnya. Akhirnya Ibu Milapun tertidur.
Kupandangi wajahnya, ada senyum kepuasan disana. Seandainya saja dendamku belum hilang mungkin aku tidak peduli apakah Ibu Mila lelah atau tidak, pasti sudah kutancapkan kembali kontolku yang masih tegak berdiri kelubang memek Ibu Mila sampai Ia minta ampun dan memohon mohon padaku.
Hari itu sampai jam sepuluh malam Aku dan Ibu Mila benar benar menghabiskan waktu kami hanya untuk bersetubuh meraih kenikmatan demi kenikmatan. Kami berdua melakukannya dengan penuh perasaan.
Ternyata di balik ketegaran yang diperlihatkanya dikantor, Ibu Mila tetaplah seorang wanita yang butuh perhatian dan kasih sayang.
CINTA KU YANG KANDAS
Sore hari di tahun 1997 bulan Januari sebelum aku kuliah ke Perth,
hujan rintik-rintik menemani perjalananku ke rumahku sepulang dari
tempat les bahasa Inggris di LIA, saat itulah kulihat gadis tinggi
semampai berjalan di sampingku. Wow.. tiba-tiba hatiku berdetak kuat,
gadis ini cantik sekali dengan tinggi semampai, memakai baju hitam ketat
dengan celana putih kordoroi, serasi dengan kulitnya yang putih bersih.
Rambut sepundak kemerahan dengan wajah lonjong manis sekali, dibubuhi
mata sipit seperti artis China yang sering kulihat di TV. “Aku harus
kenalan!” berontak kata hatiku. Jalannya cepat tanpa melihat ke kanan ke
kiri. Wah.. berani tidak ya, hatiku bertanya-tanya. Okelah PD saja.
“Hai”, sapaku dengan suara bergetar.
“Baru pulang kuliah ya?” sambil kulihat buku yang dibawanya.
“Iyaa..” responnya.
Wah.. gayung bersambut nih, langsung saja kenalan. Sejak saat itulah aku dekat dengan Fei. Gadis yang ternyata satu kompleks perumahan denganku di daerah Jakarta Pusat. Ternyata ia baru di kompleksku dan tinggal bersama pamannya. Pamannya adalah penjual barang elektronik di daerah Glodok. Sebelum ke Jakarta, ia tinggal bersama orang tuanya di Medan, lulus SMA ia melanjutkan pendidikan di FE salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta Barat.
Singkat cerita kami pun pacaran. Terus terang, aku orangnya tidak kuat melihat Fei. Yang paling aku sukai dari bagian tubuhnya, adalah kakinya yang panjang (1 meter 5 senti) dan yang yang paling membuatku sukai lagi adalah betisnya yang putih mulus dengan bentuk yang pas, tak terlalu gemuk dan tak terlalu kecil, seksi sekali. Fei tinggal bersama pamannya dan ke-3 sepupunya yang semuanya perempuan yang masih bersekolah antara SD – SMP, beserta seorang pembantu.
Pengalaman seks-ku dengannya berjalan secara bertahap. Setelah beberapa lama pacaran aku cuma bisa mencium pipinya. Seminggu kemudian bibirnya, lama setelah itu ketika kami berdua nonton di bioskop Lippo Karawaci aku ingat filmnya Star Wars, ia memakai baju hem sutra warna krem dengan rok selutut warna coklat, yang menampakkan bentuk kakinya yang sempurna itu. Baju sutranya begitu lembut hingga mengikuti lekukan dadanya terkadang dari sela-sela antar kancing terlihat belahan dada yang putih mulus, walaupun tidak terlalu besar membuat pikiranku melayang kemana-mana hingga di dalam lampu mulai padam kulihat penontonnya hanya 5 orang, itu pun berada di depan semua. Melihat wajahnya di kegelapan bioskop, aku tidak bisa konsentrasi menonton film. 5 menit.. 10 menit.. 15 menit.. pertama kuelus tangannya, kucium-cium tangannya yang lembut itu. Akhirnya kusentuh pipinya dan mulai kucium bibirnya. Mmh.. mengingat buah dadanya tadi birahiku bergejolak, tanganku mulai mengelus-elus pipinya kemudian turun. Kuelus-elus buah dadanya yang membuatku tak bisa tenang.
Sementara bibirnya kulumat dalam-dalam, kurasakan dengan mata terpejam kenikmatan bibirnya itu, mulai lidah kami berpaut saat itu juga. Tiga kancing paling atas bajunya kubuka, tanganku pun mulai masuk ke dalam BH-nya. Wow.. kenyal dan kencang dengan puting susunya yang kenyal. Aku mulai memperdalam ciumanku, lidahku mulai kumainkan seiring dengan permainan jari-jariku di puting susunya. Ia mulai mendesah dengan nafas tak teratur, “Mmh.. mmhh.. mmhh..” suara itu membuatku semakin bernafsu. Kuvariasikan gerakan tanganku dengan meremas buah dadanya. “Mmmhh.. mhh.. sshh..” suara itu membuat batang kemaluanku semakin berdiri tegang. Saking tegangnya sehingga membuat batang kemaluanku sakit. Sambil kuperbaiki posisi dudukku, kusorongkan penutup BH-nya ke depan sehingga payudaranya menonjol. Kuarahkan mulutku ke puting buah dada Fei, kuhisap-hisap putingnya sambil sesekali kumainkan lidahku. “Mmhh.. mhh..” Fei merasa geli-geli enak. Kuangkat BH-nya ke atas agar tanganku terbebas dari memegangi BH-nya. Buah dada yang telah mengencang itu mancung ke depan menantang untuk kuhisap.
Sementara aku mulai menghisap buah dadanya, tanganku mulai memegang pahanya yang dingin karena udara AC bioskop tetapi makin ke dalam semakin terasa hangat. Dengan agak susah tanganku berusaha merayap ke sumber kehangatan itu. Wah.. masih sulit tanganku menjangkaunya, tampaknya Fei tahu akan hal itu. Dia mulai membuka pahanya dan tanganku pun mulai dapat merayap ke atas. Kusentuh selangkangannya yang berbalut CD. “Hmm hangat..” aku ingin merasakan dalamnya.
Dari tepi CD-nya jariku masuk ke liang kemaluannya yang ditumbuhi rambut itu terasa hangat dan lembut dengan lipatan-lipatan dan gumpalan-gumpalan. Tanganku mulai beraksi di tengah antara kedua lipatan itu, naik turun.. naik turun.. Fei mulai menggelinjang. Tidak berapa lama ia melepaskan tautan bibirnya di bibirku. Mulutnya terbuka, “Aaahh.. ahh.. terus Rie.. ahh.. ahh.. ahh.. teruus.. aah..” pada saat itulah kurasakan sesuatu terjadi pada tubuhku. Aku merasa batang kemaluanku menegang sekali. Nafsuku meletup-letup, otot-ototku mengejang dan.. “Aahhk.. aahhkk..” dan, “Crott.. croott..” kemaluanku pun muntah di dalam celana. Uhh.. enak sekali rasanya, segar.
Sementara tanganku terus bergerak. “Aaahh.. teruuss..” desah Fei sambil mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, “Aaahkk.. terus..” sampai akhirnya badannya menegang dan ia menahan nafasnya beberapa saat, “Mhh.. ahh..” dilepaskan nafasnya, kemudian ia menjauhkan tanganku dari liang kemaluannya.
“Kenapa..?” tanyaku berbisik.
“Enaak lhoo.. tapi badan jadi lemes nih..” bisiknya.
“Ya udah.. kasian filmnya tuh tidak ditonton..” kataku.
Kurasakan bagian celanaku yang basah terkena air maniku. Untung cuma bagian pinggang, jadi bisa kututup dengan baju, aman.
Malamnya ia menelepon, menceritakan bagaimana rasanya dari pengalaman yang baru kami alami berdua di bioskop tadi. Sebelum kami menyudahi telepon, ia berkata, “Rie.. besok kalau tidak ada rencana.. datang ke rumahku dong.. selama aku libur, si Siti (pembantunya) mau pulang kampung.. bantuin aku mengurusi rumah yaa!”
“Oke!” jawabku singkat sambil membayangkan skenario untuk besok.
Esoknya aku pun datang jam 10-an. Setelah paman Fei pergi, sebab paman Fei tidak mau Fei pacaran denganku. Dia mau Fei pacaran sama laki-laki keturunan Tionghoa seperti semua keluarganya. Jadi ceritanya aku dan Fei backstreet-lah. Ketika aku datang, Fei masih memakai daster pink, tingginya di atas lutut. Ups, kemaluanku naik tinggi sekali, tampak sebagian pahanya yang mulus sekali, kakinya yang panjang putih bersih (tidak ada noda totol-totol sama sekali) dan betisnya yang aduhai. Kuperhatikan terus Fei dari atas ke bawah. Hei.. tepat di bagian dadanya ada yang menonjol sebesar kacang. Ups.. jangan-jangan dia tidak memakai bra nih. Aduh kemaluanku makin membludak ingin keluar dari sarangnya.
“Arie.. kamu sudah sarapan?” tanyanya.
“Udah.. udah..” jawabku dengan suara bergetar yang kupaksakan keluar.
“Hei.. kenapa.. kamu sakit?” tanyanya lagi.
“Enggak kok.. biasa, suara orang bangun pagi”, kataku.
“Kamu bantuin aku nyapu ya.. entar habis kamu nyapu.. aku ngepel..” katanya.
“Oke”, kataku.
Huuh.. menyapu, memikirkan menyapu kemaluanku jadi ciut lagi. Aku pun mulai menyapu, sedangkan Fei mencuci piring bekas sarapan. Selesai menyapu, aku membantu dia mengangkat ember untuk mengepel ke ruang depan. Dengan menggunakan gagang pel ia mulai mengepel lantai ruang depan, sementara aku memperhatikan kaki-kaki yang jenjang itu bagaikan menari-nari bersama tongkat pel. Kuperhatikan betis yang selama ini kupuja-puja itu, putih.. mulus, ingin aku menciumnya habis-habisan. Tiba-tiba klotak! Entah karena apa, tongkat pel itu terjatuh ke lantai. “Aduhh..” Fei terkejut.
“Kenapa?” tanyaku. Fei hanya tersenyum dan kemudian dengan membelakangiku, ia menungging mengambil tongkat pel itu. Walah, daster yang tingginya sepaha itu bagian belakangnya terangkat ke atas. Tampak seluruh pahanya yang putih halus mulus itu dan yang membuat celanaku tiba-tiba sesak tampak selangkangan yang dibalut CD warna biru langit itu.
Langsung aku meloncat ke arahnya. Kuelus dan kuciumi pahanya yang halus mulus itu. Begitu lembut, mmh. Fei masih dengan posisi menungging, kusibak dasternya sehingga tampak seluruh celana dalamnya, langsung dengan nafas memburu, kutarik celana itu ke bawah dan kujilati dan kucium pantat yang putih montok menantang itu di selangkangannya. Tampak bibir vertikal liang kemaluan Fei yang hitam tanpa bulu rambut? (padahal tadi malam masih ada loh bulunya). Kuusap dengan lembut bibir yang menggoda itu, lembut dan penuh kehangatan. Bibir tersebut bergerak-gerak seolah-olah berkata, “Ayo.. cium aku.. isep aku.. jilat aku..” Langsung kuarahkan bibirku ke kemaluannya. Aroma kemaluannya yang khas menggodaku untuk mencium kemaluan Fei yang sejak tadi menungguku. Kumainkan lidahku di tengah-tengah bibir kemaluannya. “Ssrrpp.. ssrrp.. ssrrpp..” kurasakan badan Fei bergetar keenakan. kuremas pahanya yang montok itu sambil terus kumainkan lidahku, “Aahh.. ahh..” erang Fei.
Tiba-tiba Fei berdiri, diciumnya bibirku yang basah dengan ganas seperti orang yang sudah berbulan-bulan tidak dapat jatah. “Mmhh.. Mmmhh..” dimain-mainkannya lidahnya di dalam mulutku, enak sekali. Kemudian dengan sigap tangannya mulai melepaskan celanaku dan menyelipkan tangannya di CD-ku, “Ihh.. gede amat..!” kejutnya sambil digosok-gosokkan tangannya di batang kemaluanku yang sudah sejak tadi membengkak. “Uuhh.. enak..” diturunkannya CD-ku dan dikocoknya terus batang kemaluanku. Saking enaknya sampai seluruh otot tubuhku mengejang, “Teruss.. teruss”, kulepaskan tautan bibirnya, “Aahh.. ahh.. Feii.. terus Feii..” kataku sudah tidak tahan lagi. “Aahh.. aah..” dan tak lama kemudian, “Croot.. croot.. croot..” akhirnya kemaluanku mengeluarkan air mani, diarahkan kemaluanku menjauh dari tubuhnya. Air maniku berceceran di lantai. “Aaah.. enaknya.”
Kemudian kuangkat dasternya, tampaklah tubuhnya yang sudah telanjang bulat. Ampun deh bodinya, sudah putih, mulus, bagus, langsing, tinggi, pokoknya seperti wanita model. Batang kemaluanku pun berdiri lagi sedikit demi sedikit. Aku pun melepas segala yang melekat di tubuhku. Tubuhnya kujatuhkan ke sofa kemudian kaki Fei kukangkangi dan aku menimpa tubuh yang empuk itu. “Gimana memekku? Tadi pagi aku cukur lho.. khusus buat kamu..” kata Fei. “Huuii.. Fei gadisku.. I love you..” mulai lagi kucium bibirnya dengan gemas. Mmmhh, tangan Fei menjalar ke bawah meremas-remas batang kejantananku. Kemudian menempelkannya ke bibir kemaluannya yang telah basah itu. Badanku pun kuangkat sedikit dengan siku kiriku sementara tangan kananku mulai mengobok-obok buah dadanya, begitu lembut dan kenyal. Kumainkan putingnya sekali-sekali. Mmmhh.. sementara itu lidah kami pun tak bisa diam merasakan keenakan ini, saling menjilati. Kemudian kuarahkan kepalaku ke buah dadanya. Kuciumi buah dadanya, kujilati, kumainkan putingnya dengan lidahku dan kusedot-sedot dengan sesekali kugigit-gigit kecil dengan gemas. Sementara jari telunjukku dan tengah mulai beraksi di liang kemaluannya. Kuusap-usap bibir kemaluannya yang telah licin dengan cairan kewanitaannya.
Tak lama, segera aku bangun dan aku tidur di lantai. Kusuruh ia menindihku dengan kepalanya mengarah ke batang kemaluanku dan dengan kaki mengangkang, dan mengarahkan lubang kemaluannya yang telah memerah ke wajahku. “Hmm.. srruupp.. sruupp..” aku mulai menjilat klitorisnya. Kujulurkan lidahku memainkan daerah sekitar klitorisnya, kujilat klitorisnya ke atas, ke bawah, ke atas, ke bawah. Fei menggelinjang keenakan, pantatnya pun bergerak mencari spot-spot yang enak. Ia ternyata jago menghisap batang kemaluanku.
Sambil menghisap, sesekali dimain-mainkan lidahnya seperti anak kecil memainkan es krim. Kuvariasikan jilatan pada klitorisnya dengan sedotan. Kemudian bibir-bibir kiri dan kanannya yang hitam itu, kutarik-tarik daging lebih yang nikmat itu dengan sedotan bibirku. “Sruup.. srupp..” Pinggul Fei bergerak-gerak terus, kadang ke kiri kadang ke kanan, ke atas, ke bawah begitu seterusnya sampai akhirnya ia tekan kemaluannya di mulutku. Hidungku ikut menempel di kemaluannya dan membuatku susah bernafas, dengan masih digoyang-goyangkan sambil mengerang panjang. “Aahh.. aahh.. aa.. aahh..” tiba-tiba badannya berbalik dan ia menciumku bertubi-tubi, “Ahh.. enaak Rie.. rasanya seperti melayang..” sambil terus menciumi mukaku. “Enak sih enak.. aku masih gantung nih..” Langsung kuangkat tubuhnya ke bibir sofa dan kukangkangkan kakinya. Kuusap-usap kemaluannya yang masih memerah dan bengkak itu dengan tanganku. Kucari-cari di mana lubangnya.
Setelah beberapa saat kutekan-tekan, akhirnya kutemukan lubangnya. Pertama kucoba memasukkan jari kelingkingku, eh.. masuk. Kucoba jari manisku, masuk juga. Kukeluarkan jari manisku yang basah, kucoba masukkan batang kemaluan, “Aaahh.. pelan-pelan.. sakit nih..” kata Fei meringis. Kucoba dorong dengan bantuan tanganku, tapi susah sekali masuknya sampai kemaluanku meleot-leot. Akhirnya kuminta tangannya memegangi batang kemaluanku dan tangan satunya melebarkan bibir kemaluan. Aku menahan pahanya agar tubuhnya tidak mundur-mundur. Mulai kudorong batang kemaluanku masuk ke lubangnya, Fei masih meringis tapi aku tidak peduli. Aku harus menembak, kutahan kuat-kuat tubuh Fei dan kusorongkan tubuhku. “Sreep.. sreep.. bleess..” batang kemaluanku masuk tak bersisa.
“Kamu baik-baik aja?” tanyaku.
“Agak-agak pedih sih..” ringisnya.
Aku mulai beraksi. Segera kumaju-mundurkan batang kemaluanku di lubang kewanitaannya. “Aahh.. rasanyaa.. tidak terbayangkan.. it’s my first time Man!” pikirku. Fei pun beraksi dengan menggoyang-goyangkan pantatnya, hingga bibir-bibir kemaluannya seperti mengulum-ngulum batang kemaluanku.
Kuhujam-hujamkan terus batang kemaluanku. Kulihat ekspresi muka Fei yang belum pernah kulihat sebelumnya dengan mata merem-melek. Bibir seksinya menganga mengeluarkan desahan-desahan yang semakin membuatku bergairah dan mempercepat gerakan batang kemaluanku maju mundur. “Aahh.. ahghh..” aku pun ikut merem-melek. Kupindahkan tanganku dari pahanya dan mulai meremas-remas payudaranya yang mengeras. Goyangan-goyangan pinggul kami berkejar-kejaran dengan deru degup jantungku. Suara-suara erangan nikmat bercampur dengan suara gesekan batang kemaluanku dan liang kemaluan Fei yang telah banjir, mengaung ke seisi rumah yang sepi itu. Sampai akhirnya, “Arriee.. aakuu.. nggaak kuu.. kuuat lagii.. aahh.. ahh.. aahh.. aaghh..” Sambil menahan nafasnya, Badan Fei mengejang dengan dada menukik ke atas dan tangan meremas sofa kulit itu. “Creet.. cret.. creet..” terasa keluar cairan dari dalam lubang kemaluannya. Segera kugenjot dengan hujaman-hujaman cepat ke lubang kemaluannya.
Aku merasakan batang kemaluanku akan mengeluarkan mani. Segera kukeluarkan kemaluanku dan disambut dengan kocokan tangan Fei. “Aah.. aahh.. aahh..” aku mengerang keenakan dan.., “Croot.. croot.. croot..” air mani keluar dari kemaluanku muncrat kemana-mana mengenai sofa dan lantai sampai tak bersisa lagi. “Aaahh.. enaknya hidup ini”. Kurebahkan tubuhku ke sofa, kucium bibir Fei dengan lembut, “Thank’s Fei.. I love you so much”, sambil terus menciumi bibirnya. Segera setelah itu kubersihkan tubuhku di kamar mandi dan aku melanjutkan pekerjaan Fei yang terpotong tadi.. mengepel! Fei lelah kecapaian dengan tubuh ditutupi daster, ia beristirahat di sofa, wajahnya walaupun letih, tapi menampakkan rasa puas yang luar biasa.
Semenjak itu, setiap hari (kecuali minggu), kami melakukan seks. Setelah pembantu Fei pulang, beberapa hari sekali kami melakukannya di rumahku (kalau sedang tidak ada orang) dan di Ancol. Agar air maniku tak tumpah ke dalam mobil, aku selalu memakai kondom. Masa-masa bahagia kami berakhir, setelah terdengar isu akan terjadinya kerusuhan pada bulan Mei. Fei beserta keluarga pamannya, pergi dari Indonesia pulang ke negeri China, rumahnya di Jakarta dijual. Semenjak itu aku tak pernah berjumpa lagi dengannya. Aku sangat kehilangan Fei, Fei lah cewek yang paling kusayang dan kucintai yang telah memberikan kepuasan lahir batin kepadaku.
“Hai”, sapaku dengan suara bergetar.
“Baru pulang kuliah ya?” sambil kulihat buku yang dibawanya.
“Iyaa..” responnya.
Wah.. gayung bersambut nih, langsung saja kenalan. Sejak saat itulah aku dekat dengan Fei. Gadis yang ternyata satu kompleks perumahan denganku di daerah Jakarta Pusat. Ternyata ia baru di kompleksku dan tinggal bersama pamannya. Pamannya adalah penjual barang elektronik di daerah Glodok. Sebelum ke Jakarta, ia tinggal bersama orang tuanya di Medan, lulus SMA ia melanjutkan pendidikan di FE salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta Barat.
Singkat cerita kami pun pacaran. Terus terang, aku orangnya tidak kuat melihat Fei. Yang paling aku sukai dari bagian tubuhnya, adalah kakinya yang panjang (1 meter 5 senti) dan yang yang paling membuatku sukai lagi adalah betisnya yang putih mulus dengan bentuk yang pas, tak terlalu gemuk dan tak terlalu kecil, seksi sekali. Fei tinggal bersama pamannya dan ke-3 sepupunya yang semuanya perempuan yang masih bersekolah antara SD – SMP, beserta seorang pembantu.
Pengalaman seks-ku dengannya berjalan secara bertahap. Setelah beberapa lama pacaran aku cuma bisa mencium pipinya. Seminggu kemudian bibirnya, lama setelah itu ketika kami berdua nonton di bioskop Lippo Karawaci aku ingat filmnya Star Wars, ia memakai baju hem sutra warna krem dengan rok selutut warna coklat, yang menampakkan bentuk kakinya yang sempurna itu. Baju sutranya begitu lembut hingga mengikuti lekukan dadanya terkadang dari sela-sela antar kancing terlihat belahan dada yang putih mulus, walaupun tidak terlalu besar membuat pikiranku melayang kemana-mana hingga di dalam lampu mulai padam kulihat penontonnya hanya 5 orang, itu pun berada di depan semua. Melihat wajahnya di kegelapan bioskop, aku tidak bisa konsentrasi menonton film. 5 menit.. 10 menit.. 15 menit.. pertama kuelus tangannya, kucium-cium tangannya yang lembut itu. Akhirnya kusentuh pipinya dan mulai kucium bibirnya. Mmh.. mengingat buah dadanya tadi birahiku bergejolak, tanganku mulai mengelus-elus pipinya kemudian turun. Kuelus-elus buah dadanya yang membuatku tak bisa tenang.
Sementara bibirnya kulumat dalam-dalam, kurasakan dengan mata terpejam kenikmatan bibirnya itu, mulai lidah kami berpaut saat itu juga. Tiga kancing paling atas bajunya kubuka, tanganku pun mulai masuk ke dalam BH-nya. Wow.. kenyal dan kencang dengan puting susunya yang kenyal. Aku mulai memperdalam ciumanku, lidahku mulai kumainkan seiring dengan permainan jari-jariku di puting susunya. Ia mulai mendesah dengan nafas tak teratur, “Mmh.. mmhh.. mmhh..” suara itu membuatku semakin bernafsu. Kuvariasikan gerakan tanganku dengan meremas buah dadanya. “Mmmhh.. mhh.. sshh..” suara itu membuat batang kemaluanku semakin berdiri tegang. Saking tegangnya sehingga membuat batang kemaluanku sakit. Sambil kuperbaiki posisi dudukku, kusorongkan penutup BH-nya ke depan sehingga payudaranya menonjol. Kuarahkan mulutku ke puting buah dada Fei, kuhisap-hisap putingnya sambil sesekali kumainkan lidahku. “Mmhh.. mhh..” Fei merasa geli-geli enak. Kuangkat BH-nya ke atas agar tanganku terbebas dari memegangi BH-nya. Buah dada yang telah mengencang itu mancung ke depan menantang untuk kuhisap.
Sementara aku mulai menghisap buah dadanya, tanganku mulai memegang pahanya yang dingin karena udara AC bioskop tetapi makin ke dalam semakin terasa hangat. Dengan agak susah tanganku berusaha merayap ke sumber kehangatan itu. Wah.. masih sulit tanganku menjangkaunya, tampaknya Fei tahu akan hal itu. Dia mulai membuka pahanya dan tanganku pun mulai dapat merayap ke atas. Kusentuh selangkangannya yang berbalut CD. “Hmm hangat..” aku ingin merasakan dalamnya.
Dari tepi CD-nya jariku masuk ke liang kemaluannya yang ditumbuhi rambut itu terasa hangat dan lembut dengan lipatan-lipatan dan gumpalan-gumpalan. Tanganku mulai beraksi di tengah antara kedua lipatan itu, naik turun.. naik turun.. Fei mulai menggelinjang. Tidak berapa lama ia melepaskan tautan bibirnya di bibirku. Mulutnya terbuka, “Aaahh.. ahh.. terus Rie.. ahh.. ahh.. ahh.. teruus.. aah..” pada saat itulah kurasakan sesuatu terjadi pada tubuhku. Aku merasa batang kemaluanku menegang sekali. Nafsuku meletup-letup, otot-ototku mengejang dan.. “Aahhk.. aahhkk..” dan, “Crott.. croott..” kemaluanku pun muntah di dalam celana. Uhh.. enak sekali rasanya, segar.
Sementara tanganku terus bergerak. “Aaahh.. teruuss..” desah Fei sambil mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, “Aaahkk.. terus..” sampai akhirnya badannya menegang dan ia menahan nafasnya beberapa saat, “Mhh.. ahh..” dilepaskan nafasnya, kemudian ia menjauhkan tanganku dari liang kemaluannya.
“Kenapa..?” tanyaku berbisik.
“Enaak lhoo.. tapi badan jadi lemes nih..” bisiknya.
“Ya udah.. kasian filmnya tuh tidak ditonton..” kataku.
Kurasakan bagian celanaku yang basah terkena air maniku. Untung cuma bagian pinggang, jadi bisa kututup dengan baju, aman.
Malamnya ia menelepon, menceritakan bagaimana rasanya dari pengalaman yang baru kami alami berdua di bioskop tadi. Sebelum kami menyudahi telepon, ia berkata, “Rie.. besok kalau tidak ada rencana.. datang ke rumahku dong.. selama aku libur, si Siti (pembantunya) mau pulang kampung.. bantuin aku mengurusi rumah yaa!”
“Oke!” jawabku singkat sambil membayangkan skenario untuk besok.
Esoknya aku pun datang jam 10-an. Setelah paman Fei pergi, sebab paman Fei tidak mau Fei pacaran denganku. Dia mau Fei pacaran sama laki-laki keturunan Tionghoa seperti semua keluarganya. Jadi ceritanya aku dan Fei backstreet-lah. Ketika aku datang, Fei masih memakai daster pink, tingginya di atas lutut. Ups, kemaluanku naik tinggi sekali, tampak sebagian pahanya yang mulus sekali, kakinya yang panjang putih bersih (tidak ada noda totol-totol sama sekali) dan betisnya yang aduhai. Kuperhatikan terus Fei dari atas ke bawah. Hei.. tepat di bagian dadanya ada yang menonjol sebesar kacang. Ups.. jangan-jangan dia tidak memakai bra nih. Aduh kemaluanku makin membludak ingin keluar dari sarangnya.
“Arie.. kamu sudah sarapan?” tanyanya.
“Udah.. udah..” jawabku dengan suara bergetar yang kupaksakan keluar.
“Hei.. kenapa.. kamu sakit?” tanyanya lagi.
“Enggak kok.. biasa, suara orang bangun pagi”, kataku.
“Kamu bantuin aku nyapu ya.. entar habis kamu nyapu.. aku ngepel..” katanya.
“Oke”, kataku.
Huuh.. menyapu, memikirkan menyapu kemaluanku jadi ciut lagi. Aku pun mulai menyapu, sedangkan Fei mencuci piring bekas sarapan. Selesai menyapu, aku membantu dia mengangkat ember untuk mengepel ke ruang depan. Dengan menggunakan gagang pel ia mulai mengepel lantai ruang depan, sementara aku memperhatikan kaki-kaki yang jenjang itu bagaikan menari-nari bersama tongkat pel. Kuperhatikan betis yang selama ini kupuja-puja itu, putih.. mulus, ingin aku menciumnya habis-habisan. Tiba-tiba klotak! Entah karena apa, tongkat pel itu terjatuh ke lantai. “Aduhh..” Fei terkejut.
“Kenapa?” tanyaku. Fei hanya tersenyum dan kemudian dengan membelakangiku, ia menungging mengambil tongkat pel itu. Walah, daster yang tingginya sepaha itu bagian belakangnya terangkat ke atas. Tampak seluruh pahanya yang putih halus mulus itu dan yang membuat celanaku tiba-tiba sesak tampak selangkangan yang dibalut CD warna biru langit itu.
Langsung aku meloncat ke arahnya. Kuelus dan kuciumi pahanya yang halus mulus itu. Begitu lembut, mmh. Fei masih dengan posisi menungging, kusibak dasternya sehingga tampak seluruh celana dalamnya, langsung dengan nafas memburu, kutarik celana itu ke bawah dan kujilati dan kucium pantat yang putih montok menantang itu di selangkangannya. Tampak bibir vertikal liang kemaluan Fei yang hitam tanpa bulu rambut? (padahal tadi malam masih ada loh bulunya). Kuusap dengan lembut bibir yang menggoda itu, lembut dan penuh kehangatan. Bibir tersebut bergerak-gerak seolah-olah berkata, “Ayo.. cium aku.. isep aku.. jilat aku..” Langsung kuarahkan bibirku ke kemaluannya. Aroma kemaluannya yang khas menggodaku untuk mencium kemaluan Fei yang sejak tadi menungguku. Kumainkan lidahku di tengah-tengah bibir kemaluannya. “Ssrrpp.. ssrrp.. ssrrpp..” kurasakan badan Fei bergetar keenakan. kuremas pahanya yang montok itu sambil terus kumainkan lidahku, “Aahh.. ahh..” erang Fei.
Tiba-tiba Fei berdiri, diciumnya bibirku yang basah dengan ganas seperti orang yang sudah berbulan-bulan tidak dapat jatah. “Mmhh.. Mmmhh..” dimain-mainkannya lidahnya di dalam mulutku, enak sekali. Kemudian dengan sigap tangannya mulai melepaskan celanaku dan menyelipkan tangannya di CD-ku, “Ihh.. gede amat..!” kejutnya sambil digosok-gosokkan tangannya di batang kemaluanku yang sudah sejak tadi membengkak. “Uuhh.. enak..” diturunkannya CD-ku dan dikocoknya terus batang kemaluanku. Saking enaknya sampai seluruh otot tubuhku mengejang, “Teruss.. teruss”, kulepaskan tautan bibirnya, “Aahh.. ahh.. Feii.. terus Feii..” kataku sudah tidak tahan lagi. “Aahh.. aah..” dan tak lama kemudian, “Croot.. croot.. croot..” akhirnya kemaluanku mengeluarkan air mani, diarahkan kemaluanku menjauh dari tubuhnya. Air maniku berceceran di lantai. “Aaah.. enaknya.”
Kemudian kuangkat dasternya, tampaklah tubuhnya yang sudah telanjang bulat. Ampun deh bodinya, sudah putih, mulus, bagus, langsing, tinggi, pokoknya seperti wanita model. Batang kemaluanku pun berdiri lagi sedikit demi sedikit. Aku pun melepas segala yang melekat di tubuhku. Tubuhnya kujatuhkan ke sofa kemudian kaki Fei kukangkangi dan aku menimpa tubuh yang empuk itu. “Gimana memekku? Tadi pagi aku cukur lho.. khusus buat kamu..” kata Fei. “Huuii.. Fei gadisku.. I love you..” mulai lagi kucium bibirnya dengan gemas. Mmmhh, tangan Fei menjalar ke bawah meremas-remas batang kejantananku. Kemudian menempelkannya ke bibir kemaluannya yang telah basah itu. Badanku pun kuangkat sedikit dengan siku kiriku sementara tangan kananku mulai mengobok-obok buah dadanya, begitu lembut dan kenyal. Kumainkan putingnya sekali-sekali. Mmmhh.. sementara itu lidah kami pun tak bisa diam merasakan keenakan ini, saling menjilati. Kemudian kuarahkan kepalaku ke buah dadanya. Kuciumi buah dadanya, kujilati, kumainkan putingnya dengan lidahku dan kusedot-sedot dengan sesekali kugigit-gigit kecil dengan gemas. Sementara jari telunjukku dan tengah mulai beraksi di liang kemaluannya. Kuusap-usap bibir kemaluannya yang telah licin dengan cairan kewanitaannya.
Tak lama, segera aku bangun dan aku tidur di lantai. Kusuruh ia menindihku dengan kepalanya mengarah ke batang kemaluanku dan dengan kaki mengangkang, dan mengarahkan lubang kemaluannya yang telah memerah ke wajahku. “Hmm.. srruupp.. sruupp..” aku mulai menjilat klitorisnya. Kujulurkan lidahku memainkan daerah sekitar klitorisnya, kujilat klitorisnya ke atas, ke bawah, ke atas, ke bawah. Fei menggelinjang keenakan, pantatnya pun bergerak mencari spot-spot yang enak. Ia ternyata jago menghisap batang kemaluanku.
Sambil menghisap, sesekali dimain-mainkan lidahnya seperti anak kecil memainkan es krim. Kuvariasikan jilatan pada klitorisnya dengan sedotan. Kemudian bibir-bibir kiri dan kanannya yang hitam itu, kutarik-tarik daging lebih yang nikmat itu dengan sedotan bibirku. “Sruup.. srupp..” Pinggul Fei bergerak-gerak terus, kadang ke kiri kadang ke kanan, ke atas, ke bawah begitu seterusnya sampai akhirnya ia tekan kemaluannya di mulutku. Hidungku ikut menempel di kemaluannya dan membuatku susah bernafas, dengan masih digoyang-goyangkan sambil mengerang panjang. “Aahh.. aahh.. aa.. aahh..” tiba-tiba badannya berbalik dan ia menciumku bertubi-tubi, “Ahh.. enaak Rie.. rasanya seperti melayang..” sambil terus menciumi mukaku. “Enak sih enak.. aku masih gantung nih..” Langsung kuangkat tubuhnya ke bibir sofa dan kukangkangkan kakinya. Kuusap-usap kemaluannya yang masih memerah dan bengkak itu dengan tanganku. Kucari-cari di mana lubangnya.
Setelah beberapa saat kutekan-tekan, akhirnya kutemukan lubangnya. Pertama kucoba memasukkan jari kelingkingku, eh.. masuk. Kucoba jari manisku, masuk juga. Kukeluarkan jari manisku yang basah, kucoba masukkan batang kemaluan, “Aaahh.. pelan-pelan.. sakit nih..” kata Fei meringis. Kucoba dorong dengan bantuan tanganku, tapi susah sekali masuknya sampai kemaluanku meleot-leot. Akhirnya kuminta tangannya memegangi batang kemaluanku dan tangan satunya melebarkan bibir kemaluan. Aku menahan pahanya agar tubuhnya tidak mundur-mundur. Mulai kudorong batang kemaluanku masuk ke lubangnya, Fei masih meringis tapi aku tidak peduli. Aku harus menembak, kutahan kuat-kuat tubuh Fei dan kusorongkan tubuhku. “Sreep.. sreep.. bleess..” batang kemaluanku masuk tak bersisa.
“Kamu baik-baik aja?” tanyaku.
“Agak-agak pedih sih..” ringisnya.
Aku mulai beraksi. Segera kumaju-mundurkan batang kemaluanku di lubang kewanitaannya. “Aahh.. rasanyaa.. tidak terbayangkan.. it’s my first time Man!” pikirku. Fei pun beraksi dengan menggoyang-goyangkan pantatnya, hingga bibir-bibir kemaluannya seperti mengulum-ngulum batang kemaluanku.
Kuhujam-hujamkan terus batang kemaluanku. Kulihat ekspresi muka Fei yang belum pernah kulihat sebelumnya dengan mata merem-melek. Bibir seksinya menganga mengeluarkan desahan-desahan yang semakin membuatku bergairah dan mempercepat gerakan batang kemaluanku maju mundur. “Aahh.. ahghh..” aku pun ikut merem-melek. Kupindahkan tanganku dari pahanya dan mulai meremas-remas payudaranya yang mengeras. Goyangan-goyangan pinggul kami berkejar-kejaran dengan deru degup jantungku. Suara-suara erangan nikmat bercampur dengan suara gesekan batang kemaluanku dan liang kemaluan Fei yang telah banjir, mengaung ke seisi rumah yang sepi itu. Sampai akhirnya, “Arriee.. aakuu.. nggaak kuu.. kuuat lagii.. aahh.. ahh.. aahh.. aaghh..” Sambil menahan nafasnya, Badan Fei mengejang dengan dada menukik ke atas dan tangan meremas sofa kulit itu. “Creet.. cret.. creet..” terasa keluar cairan dari dalam lubang kemaluannya. Segera kugenjot dengan hujaman-hujaman cepat ke lubang kemaluannya.
Aku merasakan batang kemaluanku akan mengeluarkan mani. Segera kukeluarkan kemaluanku dan disambut dengan kocokan tangan Fei. “Aah.. aahh.. aahh..” aku mengerang keenakan dan.., “Croot.. croot.. croot..” air mani keluar dari kemaluanku muncrat kemana-mana mengenai sofa dan lantai sampai tak bersisa lagi. “Aaahh.. enaknya hidup ini”. Kurebahkan tubuhku ke sofa, kucium bibir Fei dengan lembut, “Thank’s Fei.. I love you so much”, sambil terus menciumi bibirnya. Segera setelah itu kubersihkan tubuhku di kamar mandi dan aku melanjutkan pekerjaan Fei yang terpotong tadi.. mengepel! Fei lelah kecapaian dengan tubuh ditutupi daster, ia beristirahat di sofa, wajahnya walaupun letih, tapi menampakkan rasa puas yang luar biasa.
Semenjak itu, setiap hari (kecuali minggu), kami melakukan seks. Setelah pembantu Fei pulang, beberapa hari sekali kami melakukannya di rumahku (kalau sedang tidak ada orang) dan di Ancol. Agar air maniku tak tumpah ke dalam mobil, aku selalu memakai kondom. Masa-masa bahagia kami berakhir, setelah terdengar isu akan terjadinya kerusuhan pada bulan Mei. Fei beserta keluarga pamannya, pergi dari Indonesia pulang ke negeri China, rumahnya di Jakarta dijual. Semenjak itu aku tak pernah berjumpa lagi dengannya. Aku sangat kehilangan Fei, Fei lah cewek yang paling kusayang dan kucintai yang telah memberikan kepuasan lahir batin kepadaku.
dosen janda
Cerita Panas, ini bermula pada waktu itu aku lagi kuliah di semester VI
di salah satu PTS di Bandung. Ceritanya saat itu aku lagi putus dengan
pacarku dan memang dia tidak tahu diri, sudah dicintai malah bertingkah,
akhirnya dari cerita cintaku cuma berumur 2 tahun saja. Waktu itu aku
tinggal berlima dengan teman satu kuliah juga, kita tinggal serumah atau
ngontrak satu rumah untuk berlima. Kebetulan di rumah itu hanya aku
yang laki-laki. Mulanya aku bilang sama kakak perempuanku, “Sudah, aku
pisah rumah saja atau kos di tempat”, tapi kakakku ini saking sayangnya
padaku, ya saya tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita pun tinggal
serumah dengan tiga teman wanita kakakku.
Ada satu diantara mereka sudah jadi dosen tapi di Universitas lain, Ibu Vivin namanya. Kita semua memanggilnya Ibu maklum sudah umur 40 tahun tapi belum juga menikah. Ibu Vivin bertanya, “Eh, kamu akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan-jangan ngelamunin yang itu..”
“Itu apanya Bu?” tanyaku.
Memang dalam kesehari-harianku, ibu Vivin tahu karena aku sering juga curhat sama dia karena dia sudah kuanggap lebih tua dan tahu banyak hal. Aku mulai cerita,
“Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang aku baru putus sama pacarku”, kataku.
“Oh.. gitu ceritanya, pantesan aja dari minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri”, kata Ibu Vivin.
Begitu dekatnya aku sama Ibu Vivin sampai suatu waktu aku mengalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Vivin. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah. Siang itu tepat jam 11:00 siang saat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur.
“Eh Ibu Vivin, nggak ngajar Bu?” tanyaku.
“Kamu kok nggak kuliah?” tanya dia.
“Habis sakit Bu”, kataku.
“Sakit apa sakit?” goda Ibu Vivin.
“Ah.. Ibu Vivin bisa aja”, kataku.
“Sudah makan belum?” tanyanya.
“Belum Bu”, kataku.
“Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya”, katanya.
Dengan cekatan Ibu Vivin memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas cerita yang agak berbau seks. Kukira Ibu Vivin nggak suka yang namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yang sudah lama nggak merasakan hubungan dengan lain jenisnya.
“Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu?” tanyaku.
“Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu”, katanya.
“Oh kalau gitu Ibu Vivin masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dengan lain jenis”, kataku.
“So pasti dong”, katanya.
“Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kawin”, dengan enaknya aku nyeletuk.
“Aku bersedia kok”, kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya. Ibu Vivin agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai memegang tangannya. Dengan sedikit agak gugup Ibu Vivin kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha aku harus merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukannya.
“Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang terhadap Ibu Vivin”, kataku.
“Nggak, aku kok yang salah memulainya dengan meladenimu bicara soal itu”, katanya.
Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup keningnya. Ibu Vivin terbawa dengan situasi yang kubuat, dia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan lembut sambil kubisikkan, “Aku sayang kamu, Ibu Vivin”, tapi dia tidak menjawab sedikitpun.
Dengan sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup.. dengan begitu lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyambut dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh.. tanpa kuduga dia balas kecupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, “Aah.. cup.. cup.. cup..” dia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja.
“Aah.. jangan panggil Ibu, panggil Vivin aja ya!
Kubisikkan Ibu Vivin, “Vivin kita ke kamarku aja yuk!”.
Dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yang berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu. Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak.. indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan telaten. Pertama-tama belahan gunung kembarnya. “Ah.. ssh.. terus Ian”, Ibu Vivin tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian, “Aah.. ssh..” dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dengan lembut, “Aah.. aku juga sudah mulai terangsang.
Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dengan celana dalamnya, hu.. cantiknya gundukan yang mengembang. Dengan lembut kuelus-elus gundukan itu, “Aah.. uh.. ssh.. Ian kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi”, sebenarnya memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Vivin juga sudah kepengin membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku. “Oh.. besar amat”, katanya. Kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus zakarku, “Uuh.. uh.. shh..” dengan cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dengan pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya, “Aah.. uh.. ssh.. terus Ian”, Vivin mengerang. “Aku juga enak Vivin”, kataku. Dengan lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, “Assh.. oh.. ah.. Vivin terus sayang”, dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, “Aahk.. uh.. ssh..” sekitar 15 menit kami melakukan posisi 69, sudah kepengin mencoba yang namanya bersetubuh. Kurubah posisi, kembali memanggut bibirnya.
Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku, “Aakh.. sshh.. pelan-pelan ya Ian, aku masih perawan”, katanya. “Haa..” aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci. Dengan sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blesst, “Aahk..” teriak Vivin, kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan. Mungkin karena baru pertama kali hanya dengan waktu 7 menit Vivin.. “Aakh.. ushh.. ussh.. ahhkk.. aku mau keluar Ian”, katanya. “Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh..” kataku. Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan.. “Crot.. crot.. cret..” banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya. “Aakh..” aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya. Dengan lembut dia cium bibirku, “Kamu menyesal Ian?” tanyanya. “Ah nggak, kitakan sama-sama mau.” Kami cepat-cepat berberes-beres supaya tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain cinta dengan Ibu Vivien hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan apabila kami sudah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Vivien menjadi pacar gelapku.
Ada satu diantara mereka sudah jadi dosen tapi di Universitas lain, Ibu Vivin namanya. Kita semua memanggilnya Ibu maklum sudah umur 40 tahun tapi belum juga menikah. Ibu Vivin bertanya, “Eh, kamu akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan-jangan ngelamunin yang itu..”
“Itu apanya Bu?” tanyaku.
Memang dalam kesehari-harianku, ibu Vivin tahu karena aku sering juga curhat sama dia karena dia sudah kuanggap lebih tua dan tahu banyak hal. Aku mulai cerita,
“Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang aku baru putus sama pacarku”, kataku.
“Oh.. gitu ceritanya, pantesan aja dari minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri”, kata Ibu Vivin.
Begitu dekatnya aku sama Ibu Vivin sampai suatu waktu aku mengalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Vivin. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah. Siang itu tepat jam 11:00 siang saat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur.
“Eh Ibu Vivin, nggak ngajar Bu?” tanyaku.
“Kamu kok nggak kuliah?” tanya dia.
“Habis sakit Bu”, kataku.
“Sakit apa sakit?” goda Ibu Vivin.
“Ah.. Ibu Vivin bisa aja”, kataku.
“Sudah makan belum?” tanyanya.
“Belum Bu”, kataku.
“Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya”, katanya.
Dengan cekatan Ibu Vivin memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas cerita yang agak berbau seks. Kukira Ibu Vivin nggak suka yang namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yang sudah lama nggak merasakan hubungan dengan lain jenisnya.
“Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu?” tanyaku.
“Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu”, katanya.
“Oh kalau gitu Ibu Vivin masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dengan lain jenis”, kataku.
“So pasti dong”, katanya.
“Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kawin”, dengan enaknya aku nyeletuk.
“Aku bersedia kok”, kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya. Ibu Vivin agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai memegang tangannya. Dengan sedikit agak gugup Ibu Vivin kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha aku harus merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukannya.
“Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang terhadap Ibu Vivin”, kataku.
“Nggak, aku kok yang salah memulainya dengan meladenimu bicara soal itu”, katanya.
Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup keningnya. Ibu Vivin terbawa dengan situasi yang kubuat, dia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan lembut sambil kubisikkan, “Aku sayang kamu, Ibu Vivin”, tapi dia tidak menjawab sedikitpun.
Dengan sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup.. dengan begitu lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyambut dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh.. tanpa kuduga dia balas kecupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, “Aah.. cup.. cup.. cup..” dia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja.
“Aah.. jangan panggil Ibu, panggil Vivin aja ya!
Kubisikkan Ibu Vivin, “Vivin kita ke kamarku aja yuk!”.
Dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yang berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu. Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak.. indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan telaten. Pertama-tama belahan gunung kembarnya. “Ah.. ssh.. terus Ian”, Ibu Vivin tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian, “Aah.. ssh..” dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dengan lembut, “Aah.. aku juga sudah mulai terangsang.
Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dengan celana dalamnya, hu.. cantiknya gundukan yang mengembang. Dengan lembut kuelus-elus gundukan itu, “Aah.. uh.. ssh.. Ian kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi”, sebenarnya memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Vivin juga sudah kepengin membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku. “Oh.. besar amat”, katanya. Kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus zakarku, “Uuh.. uh.. shh..” dengan cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dengan pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya, “Aah.. uh.. ssh.. terus Ian”, Vivin mengerang. “Aku juga enak Vivin”, kataku. Dengan lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, “Assh.. oh.. ah.. Vivin terus sayang”, dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, “Aahk.. uh.. ssh..” sekitar 15 menit kami melakukan posisi 69, sudah kepengin mencoba yang namanya bersetubuh. Kurubah posisi, kembali memanggut bibirnya.
Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku, “Aakh.. sshh.. pelan-pelan ya Ian, aku masih perawan”, katanya. “Haa..” aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci. Dengan sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blesst, “Aahk..” teriak Vivin, kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan. Mungkin karena baru pertama kali hanya dengan waktu 7 menit Vivin.. “Aakh.. ushh.. ussh.. ahhkk.. aku mau keluar Ian”, katanya. “Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh..” kataku. Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan.. “Crot.. crot.. cret..” banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya. “Aakh..” aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya. Dengan lembut dia cium bibirku, “Kamu menyesal Ian?” tanyanya. “Ah nggak, kitakan sama-sama mau.” Kami cepat-cepat berberes-beres supaya tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain cinta dengan Ibu Vivien hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan apabila kami sudah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Vivien menjadi pacar gelapku.
kakak sepupu ku
Malam
itu aku nginab di rumah temanku dino karena besok ada ulangan jadi aku
berniat belajar bersama dino.Aku dan dino masih duduk di kelas 3(tiga)
smp dan aku berteman denngan dino sudah semenjak duduk di kelas
1(satu) dulu.Di keluarga dinopun aku sudah dianggap seperti keluarga
mereka sendiri.
Aku sering nginap di rumah dino karena diam-diam aku menyukai kakak sepupunya temanku ini,namanya kak lia.
Kak lia waktu itu sudah duduk di bangku kuliahan,dengan tubuh yang montok togepasar(toket gede pantat besar) membuat aku selalu membayangkannya setiap kali ber onani.Wajah kak lia kalau menurutku sangat sexy dengan kulit putih mulus,kalau sekilas kak lia mirip cewek chiness padahal asli jawa banget.Kak lia sudah mempunyai cowok dan cowoknya jauh lebih tua dari dia sudah berumur 40 thnan,duda bearanak 2 dan dia seorang pengusaha yang sukses tetapi yang menjadi masalah yaitu keluarga temanku dino tidak setuju kak lia menjalin hubungan dengan cowoknya itu karena mungkin dinilai terlalu tua atau apalah aku jg gak tau pasti.Dan menurutku kak lia suka sama cowok dia itu juga salah satunya karena materi,sering aku dengar kak lia selingkuh di tlp dengan cowok yang aku gak kenal dan tidak jarang pula aku mendengar kak lia kalau malam phone sex dengan cowok atau curhat dengan temannya masalah sex dia dgn cowoknya yang kesimpulannya kak lia gak pernah puas dengan cowoknya itu.
Kak lia setip curhat pasti dengan cowok,entah itu cowook temen dia di kampus atau selingkuhan dia aku gat au tapi pasti setelah curhat pasti berlanjut dengan phone sex dengan desahan desahan dan suara ahh..,oh….,hm… dan lain lainnya yang keluar dari mulut kak lia saat bertelphonan ria pada malam hari disaat dino sudah tidur dan aku juga sudah dikira tidur oleh kak lia.
Dino sekamar dengan kak lid an klo aku nginap di rumah dino pun pasti sekamar juga dengan kak lia bertiga,makanya aku tau semua yang aku ceritakan di atas.
Peraturan di rumah dino sangat ketat,baik dino atau pun kak lia tidak boleh semaunya dan harus ikut aturan keluarga,mungkin juga karena keluarga dino ini masih tergolong keluarga ninggrat jawa yang kuat disiplin dan masih berpegang kepada norma-norma kuno,sementara kak lia aku ketahui sangat memiliki nafsu sex yang sangat besar,itu aku simpulakan dari setiap nguping pembicaraannya telphonnya pada malam-malam dengan temannya dan aku rasa Cuma itu komunikasi dia berteman,karena kuliahpun dia selalu ditungguin sopir yang khusus disediakan papa dino untuk urusan kak lia,jadi benar-benar di pingit,termasuk juga si dino,mungkin Cuma aku satu-satunya teman yang boleh dan bebas di rumah si dino ini.
Aku juga gak berani berbuat yang aneh-aneh di keluarga temanku ini,keseharian di rumah dino jujur aku rasakan sangat menjemukan dengan segudang atura-aturan yang tidak boleh dilanggar.
Dalam berpakaian di rumah dinopun aku tidak boleh memakai celana short yang terlalu pendek dan kak lia pun selalu memakai celana panjang seperti celana training buat olah raga itu dalam kesehariannya,tapi setiap mau tidur pada malam hari kak lia selalu memakai daster pendek tanpa lengan kalau sudah mau tidur,disaat itulah aku bisa menikmati putih mulusnya paha kak lia yang walaupun sebentar sebelum lampu kamar dimatikan
Keakrapan aku dengan kak lia sudah sangat dekat dan aku sering bercanda bebas dan kadang-kadang juga nyerempet-nyerempet ke porno dan itu selalu kak lia yang memulainya dan aku selalu berlagak lugu dengan pura-pura tidak mengerti karena masih kecil,seperti misalnya kak lia memberikan teka-teki porno dllnya,tapi tentu saja kami lakukan secara diam-diam disaat aku ngobrol berdua dengan kak lia,bahkan dino juga gak tau kalau aku sudah sangat akrab dengan kak lia sepupunya ini.
Seperti aku ceritakan di atas,malam ini aku nginap di rumah dino dan sore itu aku sudah sampai di rumah dino tapi yang ada di rumah Cuma pembantunya,semua keluarga dino pergi ke cirebon karena kakak papanya dino yang di cirebon sakit keras.
Karena saat itu sudah sangat kesorean hampir gelap/malam dan juga sepertinya mau hujan gede sementara untuk balik pulang rumah aku lumayan jauh dari rumah dino maka aku minta izin sama kepala pembantunya (pak mamat)untuk diizinkan menginap di rumah dino walaupun dino dan keluarganya tidak ada.
“Pak,aku boleh nginap disini ga pak?,kalau harus balik pulang takut kemalaman”, tanyaku meminta izin kepada pembantunya.
“Iya den tadi juga papanya den bagus pun bilang sama saya kalau den andre dating suruh nginap aja,sekalian besok tolong izinin dino ke sekolah”, jawab pak mamat dengan sopan dan yang di maksud dgn den bagus itu adalah si dino krn begitu dia dipanggil di lingkunagn keluarganya.
“Iya pak mamat,terima kasih ya pak”,jawabku sopan juga
“Masuk aja kedalam den..?”,kata pak mamat lagi dengan sedikit membungkuk mempersihlahkan akku masuk dan dia langsung ke rumah belakang yang terpisah dari rumah utama.Baru saja aku masuk tiba-tiba telpon berdering,buru-buru aku teriakin lagi pak mamat untuk balik senelum keburu peergi.
“Pak mamat….ada telphon tolong diangkat dulu,mana tau dari keluarga dino”,kataku sedikit berteriak.Pak mamat berlari buru-buru kedalam rumah dan mengangkat telpon.
Aku langsung berjalan menuju ke kamar dino dan menutup pintu kamarnya,tapi baru saja aku mau menutup ppintu kamar tiba-tiba pak mamat memanggiilku dari bawah,kamar dino memang berada di lantai 2(dua).
“Den andre…..”,panggil pak mamat dari tangga bawah.
“iya pak?ada pak ?”,tanyaku kembali keluar dari kamar.
“Barusan den ayu telpon,katanya mau pulang malam ini,sekarang sudah di pintu tol,setengah jam lagi nyampe”, kata pak mamat,yang di maksud den ayu adalah kak lia maka langsung aku merasa senang dan gembira karena malam ini aku bisa ketemu sama kak lia yang cantik dan sexy yang selalu ada dalam khayalanku disaat aku onani.
“oh…jadi semua balik sekarang pak?,dino juga kan pak?”,tanyaku.
“Cuma den ayu saja yang balik karena besok ada kuliahan katanya”, sahut pak mamat.
Iya deh pak,makasih ya pak”, sahutku sambil senyum sendiri karena senang,pasti nanti malam kak lia phone sex lagi atau mungkin pasti dia nyetel bokep karena di rmh sepi,tapi apa dia punya film bokep di rumah ini,yang pasti kak lia pasti ada urusan esex esex ntar nih,atau nyuruh cowok atau selingkuhannya datang?,pikiran ku semraut mikirin yang macam-macam sampai mendadak muncul ide ku.
Coba ntar aku cari cara nawarin kak lia nonton bokep dan ngajak dia ke luar nyewa bokep di rental tempat langgananku kalau dia gak punya film bokep dan aku yakin di rumah ini pasti gak ada film begituan krn klo ketahuan sama papa dan amam nya dino bisa gawat banget pastinya.
Aku masih membolak balik buku pelajaranku tetapi pikiranku sibuk menyusun cara bagaimana memancing kak lia nantinya,tiba-tiba pintu kamar dibuka dari luar dan..
“Wah….,rajin banget ndre….?”,rupanya kak lia dah sampai.
“naik apa kak?kok ga kedengeran suara mobil?”,tanyaku senang melihat kak lia dah dating.
“Hujan gede gitu mana kedengaran?”, jawabnya sambil tersenyum manis dan sexy banget.Kak lia langsung merebahkan dirinya di tempat tidur sementara aku masih duduk di meja belajar dino menyamping dari tempat tidur.
Kulihat kak lia memejamkan matanya tidur telentang mungkin kecapean dengan posisi mengangkat keatas kedua tangannya sehingga buah dadanya yang besar benar-benar menantang di dadanya dibalik sweeter warna kuning yang ia pake.
Mataku gak lepas melihat kearah dadanya yang menggunung itu,aku berusaha mencari kalau-kalau bisa melihat sedikit tonjolan puttingnya,tapi percuma karena dia memakai bra dan bajunya juga tebal.
“Lho kok melotot ngilihatin kakak ndre…?,ada yang aneh?ngeliat apa sih?”,kak lia membuka matanya sambil mellihat ke arahku tapi dia tidak merobah posisinya Cuma melihat ke arah pandanganku.
“he….he…,gede banget,apa ga berat tuh kak…”,jawabku cuek aja sambil memalingkan mukaku pura-pura mau belajar lagi.
“Yee…,dasar anak kecil,yang dilihat gak sama ama yang dipikir..”,jawabnya sambil memegang ke dua susuanya yang montok dan gede menggunung itu.
“Yang dilihat ga sama yang dipikirin gmn sih kak?”,tanyaku sambil memutar badanku menghadap ke ranjang tempat kak lia tidur,aku melihat kedua tangan kak lia masih memegang buah dadanya dari luar sweeternya dan sesekali meremas remas dan menekan ditengah kedua teteknya itu dengan kedua jari telunjuknya.
“mana ada cowok klo melihat tetek cewek mikirnya kayak kamu?”,jawab kak lia semakin keras menekan nekan buah dadanya dengan tangan dia sendiri,aku semakin melotot mellihat buah dada itu seperti sudah mengeras dan aku yakin kak lia pasti juga tidak menyadari kalau dia sudah horny sendiri.Aku berusaha mengajak dia ngobrol terus supaya dia juga terus melakukan aksinya tanpa dia sadari dan aku dapat tontonan gratis tanpa disadarinya.
Kontiku sudah keras bangun keras dan nafasku juga sudah mulai ga beraturan melihat kak lia masih terus meremas-remas susunya didepanku.
“Trus mikirnya apa dong kak?,awas lho meledak tuh susunya diremas keras-keras”, kataku dengan suara sedikit serak dan dada ku juga sudah naik turun mengikuti nafasku yang semakin memburu.
“Tuh kan aneh,gak tau apa bener-bener gat tau sih..?”,Tanya kak lia sambil menekan kedua teteknya dari samping sehingga kedua susunya nempel.
Diluar hujan semakin deras dan kak lia terus memainkan buah dadanya di depanku,aku terpaku duduk di kursi belajar dino melihat kak lia dah mulai larut karena nafsunya tanpa mulai memperdulikan aku terus meremas susunya dan mulai mendesah sedikit.
“hm….ah…eh kok malah mlototin kakak sih?udah belajar aja sana,kakak mau mandi dulu”,katanya sambil bangkit dan mau berdiri dari temapat tidur.
“Ntar dulu dong kak..?”,pinta ku dengan nafas dah benar-benar kacau,tangankupun reflek juga meremas remas kontolku dari luar celana pendekku.
“Ngapain sih ndre..?,tuh tangan ngapain tuh “,Tanya kak lia dengan tatapan yang sudah agak sayu mungkin karena dah horny dan mungkin juga dia mau melanjutkan di kamar mandi sambil mandi tapi aku gak mau kehilangan kesempatan totonan gratis begitu aja,aku coba nekat aja bicara sama kak lia.
“Penis andre bangun keeras banget kak ngelihat kakak barusan,enak kak”,sahut ku dengan nafas ngos gnosan dan tanganku ku masukkan ke dalam celanaku memegang penisku.
“Konak tuh namanya,kirain masih kecil,ha….ha”.jawab kak lia sambil berdiri berjalan kea rah pintu kamar.
“kak…,aduh…,please donk….gimana nih”,kataku karena aku kira kak lia mau keluar meninggalkan aku yang dah konak berat.
“Sssst…pelan-pelan,kakak kunci pintu bawah dulu ntar pak mamat masuk”, jawab kak lia,aku senang banget berarti aku bisa onani sambil melihat tubuh kak lia.Sungguh pendek pikiran aku saat itu,gak kepikir untuk menyetubuhi kak lia pada saat itu tapi entah apa yang ada dalam pikiran kak lia saat itu aku gak tahu.
Dan gak lama kak lia sudah kembali laagi masuk ke dalam kamar,mengunci pintu kamar juga lalu berbaring lagi telentang di tempat tidur.Aku sudah ga mikirin besok mau ulangan lagi dan buku-buku ku juga sudah aku masukin ke dalam tas semua.
“Masih konak ya..?”, Tanya kak lia sambil menatap ke selangkanganku yang mengembung karena kotol ku masih keras minta di keluarin.
“Gak tau kak,penis andre sakit nih kegencet celana andre”,jawabku sambil mengelus elus kontolku dari luar celana,aku masih duduk di kursi belajar dino menghadap ke tempat tidur tepat di depan kak lia berbaring.
Perlahan kak lia mulai meremas susunya lagi sambil tersenyum melihat ke selangkanganku.Ukuran penisku saat itu memang sudah sebesar ukuran penis orang dewasa karena sering aku lihat di bokep indo di handphone,ukuran penis cowok dewasa sama dengan ukuran penisku saat itu dan panjangnya 16cm klo dah berdiri keras,ini pernah aku ukur waktu ngaceng nonton bokep.
“Keluarin aja,ntar patah lho di dalam celana gitu”, sahut kak lia sambil meremas toketnya semakin keras,wajah kak lia sudah kellihatan bernafsu banget dan matanya ga lepas dari selangkanganku.Aku semakin meremas-remas penisku dan sengaja aku mengeluarkan suara nikmat biar kak lia semakin horny melihatku.
“oh…kak…huff….,sakit keteken celana nih..”, sahutku
“buka saying..,kakak mau lihat….ayo dong…?,”katanya sambil satu tangannya sudah mengelus selangkangannya dari luar celana jeans yang dipakainya.Kak lia masih memakai sweeter dan celana jeans.
“Iya kak,bentar ya kak?”, sahutku sambil berdiri dan langsung melorotkan celanaku dan celana dalamku sehingga kontolku langsung terbebas dan mengacung panjang kedepan.
“Auww…,gila,punya kamu gede banget ndre…?kok bisa gede kayak orang dewasa gitu?”, kak lia tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya dan refleks langsung duduk di tempat tidur dan melotot melihat penisku.
“ah…masa sih kak?..”,jawabku pura-pura malu.
“Iya gede ndre,punya bang Toyib aja ga segede dan sekeras penis kamu itu”, jawab kak lia,bang toyib adalah cowok kak lia yang aku ceritakan diatas.
“Kok kakak bangun sih terusin dan kak?andre pengen lihat..please..?”,pintaku
“Iya saying,andre mau lihat apa?”,jawab kak lia sambil merebahkan dirinya di ranjang dengan mata ga lepas dari kontolku.Pelan-pelan aku kocok penisku sambil berdiri dan perlahan aku berjalan mendekat ke samping tempat tidur disamping kak lia yang lagi tidur.Kak lia memiringkan badannya sambil tidur menghadap ke arahku yang berdiri disampingnya.Saat itu aku tepat berdiri disamping tempat tidur dimana kak lia berbaring.Kak lia semakin bernafsu melihat aku mengocok penisku,kepala kak lia sedikit dibawah selangkanganku,aku berdiri disampin tempat tidur sementar kak lia dalam posisi tidur teru meremas susunya dan meremas-remas selangkangannya.
Kuberanikan untuk memegang toket kak lia,dan kak lia langsung melenguh tertahan ketika susunya ku pegang dan kuremas,tangan kak lia langsung menyambar memegang penisku yang sudah sangat tegang dank eras.
“Kakak mau punya kamu ini ndre…. ?oh….gede..,keras banget ndre…”,kata kak lia sambil meremas sedikit keras mungkin dah nafsu banget dan agak sedikit sakit ketika dia meremas kontolku agak keras.
“hm…..,hisap dong kak..?”, pintaku sambil meremas-remas toketnya yang sudah sanget mengeras itu.Kak lia langsung bangun dan duduk di pinggir ranjang dan membungkukkan badannya langsung mengulum kontolku.Terasa hangat banget ketika kontolku masuk kedalam mulutnya.Dikulum,dihisap dan dijilatnya dengan rakus penisku yang semakin keras mengkilat karena air ludahnya.
Kubiarin kak lia terus menyeppong punyaku dan ku elus-elus rambutnya sambil perlahan ku angkat sweeternya ke atas dan kak lia membantu melepaskan sweeternya lalu ku buka pengait beha hitamnya dan sekarang kak lia sudah ga pake baju tinggal celana jeansnya.Susu kak lia benar-benar gede banget dengan putting coklat dan pentil nya yang berukuran sedang itu sudah menonjol kelihatan mengeras.
“gede banget kak,andre pengen kak?boleh ya kak?” pinta ku
“iya saying…,sekarang Cuma kita beerdua di rumah,kamu boelh alkuin semua yang kamu mau”, katanya sambil kembali berbaring.
Langsung kuterkam teteknya denngan sangat bernafsu yang selama ini Cuma ada dalam kkhayalan aku saja kalo ber onani.
“Pelan-pelan sayang…?,malam masih panjang,gak perlu buru-buru,oh…..hm…”,kata kak lia sambil mendesah dan tangan kak lia berusaha menanggalkan celana jeansnya.
Aku coba membantu sambil terus menghisap teteknya kira dan kanan seperti gak ada puas-puasnya.Karena celana jeansnya sangat ketat maka aku lepasin tetek kak lia dari mulutku dan kulorotkan celana jean dan celana dalam kak llia dengan sdikit paksa,dengan agak susah akhirnya celana itu bisa aku tarik ke bawah,sekarang giliran aku yang terkejut melihat memek kak lia yang tidak ada di tumbuhi rambut sedikitpun seperti memek gadis kecil,hanya daging tebal aja yang seperti bukit kecil di selangkangannya.
“Bagus banget kak..”,kataku langsung memegang memek kak lia dan menyibakkan daging itu mencari kelentitnya.
“Kamu suka vagina kakak ya ndre..?”Tanya nya sambil megangkangkan kakinya.
“Bersih mulus banget selangkangan kakak.oh…..,andre suka banget kak..”,jawabku langsung aku ambil posisi bersimpuh di depann selangkangannya,aku sudah ga bisa menahan lagi untuk me oral memek kak lia yang bersih mulus dan tebal itu.
“Auuuwww….andree……,km mahir banget saying…”,teriak kak lia begitu aku melumat habis vaginanya.
“Kamu bohongin kakak berlagak lugu ya…oh….gila banget ena banget ndre…”
“terus ndre…..,oh saying…iya…..oh….iya…terus.ss…sss….”
Kak lia menceracau ga karuan saat memeknya aku obok-obok dengan lidahku.
Tiba-tiba aku hentikan me oral memeknya dank u angkat ke palaku mencari toketnya dan kutiindih tubuh kak lia sambil menghisap putting susunya ku majukan sedikit selangkangan ku sehingga penisku tepat di depan memeknya,perlahan kuturunkan pantatku sehingga ujung palkon ku menyentuh bibir vagina kak lia yang sudah sangat becek dan basah oleh cairan bening yang keluar dari dalam vegynya.
Kugesek-gesekan ****** ku di birir vaginanya.
Kak lia sudah kalang kabut banget menahan nafsunya,badannya menggeliat kesana kemari,tangangya menjambak-jambak rambutku dan desaha-desahan kenikmatan bertubi-tubi meluncur dari mulutnya.
“oh andre sayang….,oh saying…,km bikin gila kakak saying…ohhhh”. Jerit kak lia ketika kugesek-gesekkan kontolku tepat di kelentitnya.
“Kak…..”,bisikku sambil mencium lehernya.Kak lia gak menjawab malah melumat bibir ku dan mendorong tubuhku sehingga kami berganti posisi,aku dibawah ditiindih kak lia dia atas tubuhkan.
Tubuhku dijilatin semua dari muka dada sampai ketekku dijilat kak lia dan aku berusaha memposisikan kontolku tepat di depan bibir memeknya biar bisa aku dorong masuk tapi kak lia bener-bener buas dan liar banget,dia meliuk kesana kemari mejilati dan menciumi seluruh tubuhku berulang-ulang.
Aku sudah merasa gak tahan pengen masukin kontolku ke memeknya,lalu kusentak tubuhnya yang memenag lebh besar dari tubuhku dan kudorong sehingga kak lia terdorong dan langsung aku tindih dank u kangkangi kedua pahanya.
Tangan kak lia kutahan keatas kedu-duanya dan kontolku kuarahkan tepat di lobang memek kak lia,ketika terasa sudah benar-beanr tepat tanpa mikir apa-apa lagi langsung ku sentak kotolku kedalam memek kak lia dan…
“AAuuuuwww saaakkkkiii….ttttt…”,kak lia berteriak keras banget,sehingga aku terkaget dan takut kalau-kalau kedengaran sama pak mamat atpi untunglah hujan dan gledek sangat keras jadi ga mungkin sampai kedengeran pikirku.
“Sakit… andre….,jangan kasar dong sama kakak ndre…?”katanya,kelihatan butir air mata dipinggir matanya.
“Maaf kak..,maaaaafffff,Andre ga tahan lagi kak”, jawabku memohon dia gak marah.
“Iya kakak juga,kakak tahu kok ndre,tapi pelan-pelan,kakak masih perawan ndre”, sahutnya lemah sambil memelukku.Aku terdiam diatas tubuhnya dengan kontolku sudah terbenam semua ke dalam memek kak lia.
Beberapa saat aku dan kak lia sama-sama terdiam dan aku Cuma merasakan vagina kak lia berdenyut di dalam dan detak jantungnya yang memburu.
“Maaf kak,doni gat au klo kakak masih pearawan”,jawabku sangat menyesal.
“Gak apa-apa ndre…,kakak rela karena kamu juga pasti masih perjaka kan?”,sahut kak lia.
“Iya kak..,ini untuk pertama kali nya andre beginian sama cewek”,sahutku sambil membelai rambut kak lia dan mencium keningnya dan perlahan aku goyangkan pantatku dan kucium lembut bibir kak lia.
Kak lia membalasnya dan kami melanjutkan permainan kami dengan rasa cinta dan saying sehingga lebih nikmat dibandingkan barusan yang hanya nafsu saja.
Sejak itu aku pacaran dengan kak lia selama 5 tahun sampai kak lia kawin dan punya anak dengan bang Toyib yang malang,huahahaa…….ha….
Aku sering nginap di rumah dino karena diam-diam aku menyukai kakak sepupunya temanku ini,namanya kak lia.
Kak lia waktu itu sudah duduk di bangku kuliahan,dengan tubuh yang montok togepasar(toket gede pantat besar) membuat aku selalu membayangkannya setiap kali ber onani.Wajah kak lia kalau menurutku sangat sexy dengan kulit putih mulus,kalau sekilas kak lia mirip cewek chiness padahal asli jawa banget.Kak lia sudah mempunyai cowok dan cowoknya jauh lebih tua dari dia sudah berumur 40 thnan,duda bearanak 2 dan dia seorang pengusaha yang sukses tetapi yang menjadi masalah yaitu keluarga temanku dino tidak setuju kak lia menjalin hubungan dengan cowoknya itu karena mungkin dinilai terlalu tua atau apalah aku jg gak tau pasti.Dan menurutku kak lia suka sama cowok dia itu juga salah satunya karena materi,sering aku dengar kak lia selingkuh di tlp dengan cowok yang aku gak kenal dan tidak jarang pula aku mendengar kak lia kalau malam phone sex dengan cowok atau curhat dengan temannya masalah sex dia dgn cowoknya yang kesimpulannya kak lia gak pernah puas dengan cowoknya itu.
Kak lia setip curhat pasti dengan cowok,entah itu cowook temen dia di kampus atau selingkuhan dia aku gat au tapi pasti setelah curhat pasti berlanjut dengan phone sex dengan desahan desahan dan suara ahh..,oh….,hm… dan lain lainnya yang keluar dari mulut kak lia saat bertelphonan ria pada malam hari disaat dino sudah tidur dan aku juga sudah dikira tidur oleh kak lia.
Dino sekamar dengan kak lid an klo aku nginap di rumah dino pun pasti sekamar juga dengan kak lia bertiga,makanya aku tau semua yang aku ceritakan di atas.
Peraturan di rumah dino sangat ketat,baik dino atau pun kak lia tidak boleh semaunya dan harus ikut aturan keluarga,mungkin juga karena keluarga dino ini masih tergolong keluarga ninggrat jawa yang kuat disiplin dan masih berpegang kepada norma-norma kuno,sementara kak lia aku ketahui sangat memiliki nafsu sex yang sangat besar,itu aku simpulakan dari setiap nguping pembicaraannya telphonnya pada malam-malam dengan temannya dan aku rasa Cuma itu komunikasi dia berteman,karena kuliahpun dia selalu ditungguin sopir yang khusus disediakan papa dino untuk urusan kak lia,jadi benar-benar di pingit,termasuk juga si dino,mungkin Cuma aku satu-satunya teman yang boleh dan bebas di rumah si dino ini.
Aku juga gak berani berbuat yang aneh-aneh di keluarga temanku ini,keseharian di rumah dino jujur aku rasakan sangat menjemukan dengan segudang atura-aturan yang tidak boleh dilanggar.
Dalam berpakaian di rumah dinopun aku tidak boleh memakai celana short yang terlalu pendek dan kak lia pun selalu memakai celana panjang seperti celana training buat olah raga itu dalam kesehariannya,tapi setiap mau tidur pada malam hari kak lia selalu memakai daster pendek tanpa lengan kalau sudah mau tidur,disaat itulah aku bisa menikmati putih mulusnya paha kak lia yang walaupun sebentar sebelum lampu kamar dimatikan
Keakrapan aku dengan kak lia sudah sangat dekat dan aku sering bercanda bebas dan kadang-kadang juga nyerempet-nyerempet ke porno dan itu selalu kak lia yang memulainya dan aku selalu berlagak lugu dengan pura-pura tidak mengerti karena masih kecil,seperti misalnya kak lia memberikan teka-teki porno dllnya,tapi tentu saja kami lakukan secara diam-diam disaat aku ngobrol berdua dengan kak lia,bahkan dino juga gak tau kalau aku sudah sangat akrab dengan kak lia sepupunya ini.
Seperti aku ceritakan di atas,malam ini aku nginap di rumah dino dan sore itu aku sudah sampai di rumah dino tapi yang ada di rumah Cuma pembantunya,semua keluarga dino pergi ke cirebon karena kakak papanya dino yang di cirebon sakit keras.
Karena saat itu sudah sangat kesorean hampir gelap/malam dan juga sepertinya mau hujan gede sementara untuk balik pulang rumah aku lumayan jauh dari rumah dino maka aku minta izin sama kepala pembantunya (pak mamat)untuk diizinkan menginap di rumah dino walaupun dino dan keluarganya tidak ada.
“Pak,aku boleh nginap disini ga pak?,kalau harus balik pulang takut kemalaman”, tanyaku meminta izin kepada pembantunya.
“Iya den tadi juga papanya den bagus pun bilang sama saya kalau den andre dating suruh nginap aja,sekalian besok tolong izinin dino ke sekolah”, jawab pak mamat dengan sopan dan yang di maksud dgn den bagus itu adalah si dino krn begitu dia dipanggil di lingkunagn keluarganya.
“Iya pak mamat,terima kasih ya pak”,jawabku sopan juga
“Masuk aja kedalam den..?”,kata pak mamat lagi dengan sedikit membungkuk mempersihlahkan akku masuk dan dia langsung ke rumah belakang yang terpisah dari rumah utama.Baru saja aku masuk tiba-tiba telpon berdering,buru-buru aku teriakin lagi pak mamat untuk balik senelum keburu peergi.
“Pak mamat….ada telphon tolong diangkat dulu,mana tau dari keluarga dino”,kataku sedikit berteriak.Pak mamat berlari buru-buru kedalam rumah dan mengangkat telpon.
Aku langsung berjalan menuju ke kamar dino dan menutup pintu kamarnya,tapi baru saja aku mau menutup ppintu kamar tiba-tiba pak mamat memanggiilku dari bawah,kamar dino memang berada di lantai 2(dua).
“Den andre…..”,panggil pak mamat dari tangga bawah.
“iya pak?ada pak ?”,tanyaku kembali keluar dari kamar.
“Barusan den ayu telpon,katanya mau pulang malam ini,sekarang sudah di pintu tol,setengah jam lagi nyampe”, kata pak mamat,yang di maksud den ayu adalah kak lia maka langsung aku merasa senang dan gembira karena malam ini aku bisa ketemu sama kak lia yang cantik dan sexy yang selalu ada dalam khayalanku disaat aku onani.
“oh…jadi semua balik sekarang pak?,dino juga kan pak?”,tanyaku.
“Cuma den ayu saja yang balik karena besok ada kuliahan katanya”, sahut pak mamat.
Iya deh pak,makasih ya pak”, sahutku sambil senyum sendiri karena senang,pasti nanti malam kak lia phone sex lagi atau mungkin pasti dia nyetel bokep karena di rmh sepi,tapi apa dia punya film bokep di rumah ini,yang pasti kak lia pasti ada urusan esex esex ntar nih,atau nyuruh cowok atau selingkuhannya datang?,pikiran ku semraut mikirin yang macam-macam sampai mendadak muncul ide ku.
Coba ntar aku cari cara nawarin kak lia nonton bokep dan ngajak dia ke luar nyewa bokep di rental tempat langgananku kalau dia gak punya film bokep dan aku yakin di rumah ini pasti gak ada film begituan krn klo ketahuan sama papa dan amam nya dino bisa gawat banget pastinya.
Aku masih membolak balik buku pelajaranku tetapi pikiranku sibuk menyusun cara bagaimana memancing kak lia nantinya,tiba-tiba pintu kamar dibuka dari luar dan..
“Wah….,rajin banget ndre….?”,rupanya kak lia dah sampai.
“naik apa kak?kok ga kedengeran suara mobil?”,tanyaku senang melihat kak lia dah dating.
“Hujan gede gitu mana kedengaran?”, jawabnya sambil tersenyum manis dan sexy banget.Kak lia langsung merebahkan dirinya di tempat tidur sementara aku masih duduk di meja belajar dino menyamping dari tempat tidur.
Kulihat kak lia memejamkan matanya tidur telentang mungkin kecapean dengan posisi mengangkat keatas kedua tangannya sehingga buah dadanya yang besar benar-benar menantang di dadanya dibalik sweeter warna kuning yang ia pake.
Mataku gak lepas melihat kearah dadanya yang menggunung itu,aku berusaha mencari kalau-kalau bisa melihat sedikit tonjolan puttingnya,tapi percuma karena dia memakai bra dan bajunya juga tebal.
“Lho kok melotot ngilihatin kakak ndre…?,ada yang aneh?ngeliat apa sih?”,kak lia membuka matanya sambil mellihat ke arahku tapi dia tidak merobah posisinya Cuma melihat ke arah pandanganku.
“he….he…,gede banget,apa ga berat tuh kak…”,jawabku cuek aja sambil memalingkan mukaku pura-pura mau belajar lagi.
“Yee…,dasar anak kecil,yang dilihat gak sama ama yang dipikir..”,jawabnya sambil memegang ke dua susuanya yang montok dan gede menggunung itu.
“Yang dilihat ga sama yang dipikirin gmn sih kak?”,tanyaku sambil memutar badanku menghadap ke ranjang tempat kak lia tidur,aku melihat kedua tangan kak lia masih memegang buah dadanya dari luar sweeternya dan sesekali meremas remas dan menekan ditengah kedua teteknya itu dengan kedua jari telunjuknya.
“mana ada cowok klo melihat tetek cewek mikirnya kayak kamu?”,jawab kak lia semakin keras menekan nekan buah dadanya dengan tangan dia sendiri,aku semakin melotot mellihat buah dada itu seperti sudah mengeras dan aku yakin kak lia pasti juga tidak menyadari kalau dia sudah horny sendiri.Aku berusaha mengajak dia ngobrol terus supaya dia juga terus melakukan aksinya tanpa dia sadari dan aku dapat tontonan gratis tanpa disadarinya.
Kontiku sudah keras bangun keras dan nafasku juga sudah mulai ga beraturan melihat kak lia masih terus meremas-remas susunya didepanku.
“Trus mikirnya apa dong kak?,awas lho meledak tuh susunya diremas keras-keras”, kataku dengan suara sedikit serak dan dada ku juga sudah naik turun mengikuti nafasku yang semakin memburu.
“Tuh kan aneh,gak tau apa bener-bener gat tau sih..?”,Tanya kak lia sambil menekan kedua teteknya dari samping sehingga kedua susunya nempel.
Diluar hujan semakin deras dan kak lia terus memainkan buah dadanya di depanku,aku terpaku duduk di kursi belajar dino melihat kak lia dah mulai larut karena nafsunya tanpa mulai memperdulikan aku terus meremas susunya dan mulai mendesah sedikit.
“hm….ah…eh kok malah mlototin kakak sih?udah belajar aja sana,kakak mau mandi dulu”,katanya sambil bangkit dan mau berdiri dari temapat tidur.
“Ntar dulu dong kak..?”,pinta ku dengan nafas dah benar-benar kacau,tangankupun reflek juga meremas remas kontolku dari luar celana pendekku.
“Ngapain sih ndre..?,tuh tangan ngapain tuh “,Tanya kak lia dengan tatapan yang sudah agak sayu mungkin karena dah horny dan mungkin juga dia mau melanjutkan di kamar mandi sambil mandi tapi aku gak mau kehilangan kesempatan totonan gratis begitu aja,aku coba nekat aja bicara sama kak lia.
“Penis andre bangun keeras banget kak ngelihat kakak barusan,enak kak”,sahut ku dengan nafas ngos gnosan dan tanganku ku masukkan ke dalam celanaku memegang penisku.
“Konak tuh namanya,kirain masih kecil,ha….ha”.jawab kak lia sambil berdiri berjalan kea rah pintu kamar.
“kak…,aduh…,please donk….gimana nih”,kataku karena aku kira kak lia mau keluar meninggalkan aku yang dah konak berat.
“Sssst…pelan-pelan,kakak kunci pintu bawah dulu ntar pak mamat masuk”, jawab kak lia,aku senang banget berarti aku bisa onani sambil melihat tubuh kak lia.Sungguh pendek pikiran aku saat itu,gak kepikir untuk menyetubuhi kak lia pada saat itu tapi entah apa yang ada dalam pikiran kak lia saat itu aku gak tahu.
Dan gak lama kak lia sudah kembali laagi masuk ke dalam kamar,mengunci pintu kamar juga lalu berbaring lagi telentang di tempat tidur.Aku sudah ga mikirin besok mau ulangan lagi dan buku-buku ku juga sudah aku masukin ke dalam tas semua.
“Masih konak ya..?”, Tanya kak lia sambil menatap ke selangkanganku yang mengembung karena kotol ku masih keras minta di keluarin.
“Gak tau kak,penis andre sakit nih kegencet celana andre”,jawabku sambil mengelus elus kontolku dari luar celana,aku masih duduk di kursi belajar dino menghadap ke tempat tidur tepat di depan kak lia berbaring.
Perlahan kak lia mulai meremas susunya lagi sambil tersenyum melihat ke selangkanganku.Ukuran penisku saat itu memang sudah sebesar ukuran penis orang dewasa karena sering aku lihat di bokep indo di handphone,ukuran penis cowok dewasa sama dengan ukuran penisku saat itu dan panjangnya 16cm klo dah berdiri keras,ini pernah aku ukur waktu ngaceng nonton bokep.
“Keluarin aja,ntar patah lho di dalam celana gitu”, sahut kak lia sambil meremas toketnya semakin keras,wajah kak lia sudah kellihatan bernafsu banget dan matanya ga lepas dari selangkanganku.Aku semakin meremas-remas penisku dan sengaja aku mengeluarkan suara nikmat biar kak lia semakin horny melihatku.
“oh…kak…huff….,sakit keteken celana nih..”, sahutku
“buka saying..,kakak mau lihat….ayo dong…?,”katanya sambil satu tangannya sudah mengelus selangkangannya dari luar celana jeans yang dipakainya.Kak lia masih memakai sweeter dan celana jeans.
“Iya kak,bentar ya kak?”, sahutku sambil berdiri dan langsung melorotkan celanaku dan celana dalamku sehingga kontolku langsung terbebas dan mengacung panjang kedepan.
“Auww…,gila,punya kamu gede banget ndre…?kok bisa gede kayak orang dewasa gitu?”, kak lia tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya dan refleks langsung duduk di tempat tidur dan melotot melihat penisku.
“ah…masa sih kak?..”,jawabku pura-pura malu.
“Iya gede ndre,punya bang Toyib aja ga segede dan sekeras penis kamu itu”, jawab kak lia,bang toyib adalah cowok kak lia yang aku ceritakan diatas.
“Kok kakak bangun sih terusin dan kak?andre pengen lihat..please..?”,pintaku
“Iya saying,andre mau lihat apa?”,jawab kak lia sambil merebahkan dirinya di ranjang dengan mata ga lepas dari kontolku.Pelan-pelan aku kocok penisku sambil berdiri dan perlahan aku berjalan mendekat ke samping tempat tidur disamping kak lia yang lagi tidur.Kak lia memiringkan badannya sambil tidur menghadap ke arahku yang berdiri disampingnya.Saat itu aku tepat berdiri disamping tempat tidur dimana kak lia berbaring.Kak lia semakin bernafsu melihat aku mengocok penisku,kepala kak lia sedikit dibawah selangkanganku,aku berdiri disampin tempat tidur sementar kak lia dalam posisi tidur teru meremas susunya dan meremas-remas selangkangannya.
Kuberanikan untuk memegang toket kak lia,dan kak lia langsung melenguh tertahan ketika susunya ku pegang dan kuremas,tangan kak lia langsung menyambar memegang penisku yang sudah sangat tegang dank eras.
“Kakak mau punya kamu ini ndre…. ?oh….gede..,keras banget ndre…”,kata kak lia sambil meremas sedikit keras mungkin dah nafsu banget dan agak sedikit sakit ketika dia meremas kontolku agak keras.
“hm…..,hisap dong kak..?”, pintaku sambil meremas-remas toketnya yang sudah sanget mengeras itu.Kak lia langsung bangun dan duduk di pinggir ranjang dan membungkukkan badannya langsung mengulum kontolku.Terasa hangat banget ketika kontolku masuk kedalam mulutnya.Dikulum,dihisap dan dijilatnya dengan rakus penisku yang semakin keras mengkilat karena air ludahnya.
Kubiarin kak lia terus menyeppong punyaku dan ku elus-elus rambutnya sambil perlahan ku angkat sweeternya ke atas dan kak lia membantu melepaskan sweeternya lalu ku buka pengait beha hitamnya dan sekarang kak lia sudah ga pake baju tinggal celana jeansnya.Susu kak lia benar-benar gede banget dengan putting coklat dan pentil nya yang berukuran sedang itu sudah menonjol kelihatan mengeras.
“gede banget kak,andre pengen kak?boleh ya kak?” pinta ku
“iya saying…,sekarang Cuma kita beerdua di rumah,kamu boelh alkuin semua yang kamu mau”, katanya sambil kembali berbaring.
Langsung kuterkam teteknya denngan sangat bernafsu yang selama ini Cuma ada dalam kkhayalan aku saja kalo ber onani.
“Pelan-pelan sayang…?,malam masih panjang,gak perlu buru-buru,oh…..hm…”,kata kak lia sambil mendesah dan tangan kak lia berusaha menanggalkan celana jeansnya.
Aku coba membantu sambil terus menghisap teteknya kira dan kanan seperti gak ada puas-puasnya.Karena celana jeansnya sangat ketat maka aku lepasin tetek kak lia dari mulutku dan kulorotkan celana jean dan celana dalam kak llia dengan sdikit paksa,dengan agak susah akhirnya celana itu bisa aku tarik ke bawah,sekarang giliran aku yang terkejut melihat memek kak lia yang tidak ada di tumbuhi rambut sedikitpun seperti memek gadis kecil,hanya daging tebal aja yang seperti bukit kecil di selangkangannya.
“Bagus banget kak..”,kataku langsung memegang memek kak lia dan menyibakkan daging itu mencari kelentitnya.
“Kamu suka vagina kakak ya ndre..?”Tanya nya sambil megangkangkan kakinya.
“Bersih mulus banget selangkangan kakak.oh…..,andre suka banget kak..”,jawabku langsung aku ambil posisi bersimpuh di depann selangkangannya,aku sudah ga bisa menahan lagi untuk me oral memek kak lia yang bersih mulus dan tebal itu.
“Auuuwww….andree……,km mahir banget saying…”,teriak kak lia begitu aku melumat habis vaginanya.
“Kamu bohongin kakak berlagak lugu ya…oh….gila banget ena banget ndre…”
“terus ndre…..,oh saying…iya…..oh….iya…terus.ss…sss….”
Kak lia menceracau ga karuan saat memeknya aku obok-obok dengan lidahku.
Tiba-tiba aku hentikan me oral memeknya dank u angkat ke palaku mencari toketnya dan kutiindih tubuh kak lia sambil menghisap putting susunya ku majukan sedikit selangkangan ku sehingga penisku tepat di depan memeknya,perlahan kuturunkan pantatku sehingga ujung palkon ku menyentuh bibir vagina kak lia yang sudah sangat becek dan basah oleh cairan bening yang keluar dari dalam vegynya.
Kugesek-gesekan ****** ku di birir vaginanya.
Kak lia sudah kalang kabut banget menahan nafsunya,badannya menggeliat kesana kemari,tangangya menjambak-jambak rambutku dan desaha-desahan kenikmatan bertubi-tubi meluncur dari mulutnya.
“oh andre sayang….,oh saying…,km bikin gila kakak saying…ohhhh”. Jerit kak lia ketika kugesek-gesekkan kontolku tepat di kelentitnya.
“Kak…..”,bisikku sambil mencium lehernya.Kak lia gak menjawab malah melumat bibir ku dan mendorong tubuhku sehingga kami berganti posisi,aku dibawah ditiindih kak lia dia atas tubuhkan.
Tubuhku dijilatin semua dari muka dada sampai ketekku dijilat kak lia dan aku berusaha memposisikan kontolku tepat di depan bibir memeknya biar bisa aku dorong masuk tapi kak lia bener-bener buas dan liar banget,dia meliuk kesana kemari mejilati dan menciumi seluruh tubuhku berulang-ulang.
Aku sudah merasa gak tahan pengen masukin kontolku ke memeknya,lalu kusentak tubuhnya yang memenag lebh besar dari tubuhku dan kudorong sehingga kak lia terdorong dan langsung aku tindih dank u kangkangi kedua pahanya.
Tangan kak lia kutahan keatas kedu-duanya dan kontolku kuarahkan tepat di lobang memek kak lia,ketika terasa sudah benar-beanr tepat tanpa mikir apa-apa lagi langsung ku sentak kotolku kedalam memek kak lia dan…
“AAuuuuwww saaakkkkiii….ttttt…”,kak lia berteriak keras banget,sehingga aku terkaget dan takut kalau-kalau kedengaran sama pak mamat atpi untunglah hujan dan gledek sangat keras jadi ga mungkin sampai kedengeran pikirku.
“Sakit… andre….,jangan kasar dong sama kakak ndre…?”katanya,kelihatan butir air mata dipinggir matanya.
“Maaf kak..,maaaaafffff,Andre ga tahan lagi kak”, jawabku memohon dia gak marah.
“Iya kakak juga,kakak tahu kok ndre,tapi pelan-pelan,kakak masih perawan ndre”, sahutnya lemah sambil memelukku.Aku terdiam diatas tubuhnya dengan kontolku sudah terbenam semua ke dalam memek kak lia.
Beberapa saat aku dan kak lia sama-sama terdiam dan aku Cuma merasakan vagina kak lia berdenyut di dalam dan detak jantungnya yang memburu.
“Maaf kak,doni gat au klo kakak masih pearawan”,jawabku sangat menyesal.
“Gak apa-apa ndre…,kakak rela karena kamu juga pasti masih perjaka kan?”,sahut kak lia.
“Iya kak..,ini untuk pertama kali nya andre beginian sama cewek”,sahutku sambil membelai rambut kak lia dan mencium keningnya dan perlahan aku goyangkan pantatku dan kucium lembut bibir kak lia.
Kak lia membalasnya dan kami melanjutkan permainan kami dengan rasa cinta dan saying sehingga lebih nikmat dibandingkan barusan yang hanya nafsu saja.
Sejak itu aku pacaran dengan kak lia selama 5 tahun sampai kak lia kawin dan punya anak dengan bang Toyib yang malang,huahahaa…….ha….
Langganan:
Postingan (Atom)